Tugas Metode Penelitian
Kualitatif
( Penelitian Mini )
PERAN KEPALA DESA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA
DI DESA PANGARAMBANGAN KEC. HALONGONAN KAB. PALUTA TAHUN 2013
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
JAMALUDDIN SIREGAR
31105110
Pai- IV smester VI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Di zaman globalisasi
seperti sekarang ini, banyak berbagai macam fasilitas pendukung bagi masyarakat
terutama bagi para kaum remaja. Fasilitas tersebut dari zaman ke zaman
semakin berkembang misalnya laptop dan handphone. Karena kecanggihan itu lah
sisi negatifnya yakni remaja menjadi malas dan cenderung melakukan hal yang
negatif. Peran orang tua terhadap anaknya sangat berpengaruh, setiap orang tua
hendaknya selalu memperhatikan anak agar anak dapat bertindak secara baik. Akan
tetapi karena kesibukan orang tua, sehingga beberapa orang tua tidak
memperhatikan anaknya. Apalagi pergaulan anak sekarang ini semakin bebas.
Masalah kenakalan remaja cenderung terjadi di daerah kota-kota besar namun
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi di desa.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian
emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat
remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan
ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini
seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini
tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung
mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman
sebaya yang senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia
yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil
mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan
kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi pada setiap
remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah
berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu
tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam
sekitarnya.[1] Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang
dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang
dicintainya.[2]
Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan
sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada
dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa
kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak
semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian
besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi
dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang
baru. (Hurlock, 2002 :213).
Pada dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi
pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila
tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada
berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak
kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual.
Biehler (1972) membagi ciri-Ciri khas emosional remaja menjadi
dua rentang usia, yaitu:
Ø
Ciri khas emosional remaja usia 12-15 tahun
Cenderung banyak murung
dan tidak dapat diterka
Bertingkah laku kasar
untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
Kemarahan biasa terjadi
Cenderung tidak toleran
terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
Mulai mengamati orang tua
dan guru-guru mereka secara objektif
James M. Kaufman mengemukakan Masa remaja sering dikenal dengan
istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.[3]
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.
Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya
remaja jaman sekarang. Meningkatnya
tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi
banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat
beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan
kriminal orang dewasa[4].
Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami
misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan
hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif
yang baik atau mengagumkan.Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku
anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan
mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko
sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di
sepanjang rentang kehidupan.
1.2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah yang berjudul “Peran kepala desa dalam menaggulangan
kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013”
adalah :
Ø
Peran Kepala desa Pangarambangan dalam
menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab.
Paluta tahun 2013
Ø
Penyebab kenakalan remaja di desa pangarambangan
kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013.
1.3. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian yang berujudul” Peran Kepala desa
pangarambangan daalam menanggulangi kenakalan remaja di desa pangarambangan
kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013. adalah:
Ø
Bagaimana Peran Kepala desa pangarambangan dalam
menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab.
Paluta tahun 2013?
Ø
Faktor apa saja yang dapat
menyebabkan tindakan para remaja menjadi negatif?
1.4. Fokus penelitian
Penelitian ini berfokus untuk
meneliti :
Ø Peran
Kepala desa pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa
pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013
Ø Faktor apa saja yang dapat
menyebabkan tindakan para remaja menjadi negatif
1.4. Tujuan
penelitian
Tujuan dari penelitian yang berjudul “Peran Kepala desa pangarambangan
dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan
kab. Paluta tahun 2013” yaitu:
Ø
Mengetahui
faktor yang mempengaruhi tindakan negatif anak jalanan.
Ø
Dapat menanggulangi kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab.
Paluta tahun 2013.
1.5.
Manfaat
penelitian
Manfaat dari penelitian yang berjudul “Peran Kepala desa
pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec.
Halongonan kab. Paluta tahun 2013” yaitu:
Ø
Dapat memberikan ide untuk mengarahkan para anak
jalanan ke hal yang positif dan menjadi lebih baik.
Ø
Memberitahukan kepada para kepala desa betapa
pentingnya arahan untuk para remaja demi kebaikan untuk agama dan negeri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KERANGKA TEORITIS
2.1.1.
Teori pengarahan orang tua
Faktor orang tua terhadap perkembangan anak sangat berpengaruh. Setiap
orang tua hendaknya selalu memperhatikan anak agar anak tindak bertindak ke hal
yang negatif. Beberapa orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka
masing-masing sehingga jarang memperhatikan anak. Orang tua tidak hanya sekedar
memperhatikan melainkan harus dapat mengarahkan anaknya ke hal yang baik.[5]
2.1.2. Teori
psikologi anak
Kejiwaan atau psikologi setiap anak berbeda-beda tergantung dari
penerapan atau kebiasaan yang dilakukan oleh setiap anak sejak kecil. Anak yang
dilahirkan dari keluarga broken home cenderung ingin melakukan sesuatu yang
negatif agar diperhatikan
lebih oleh orang tuanya.[6]
2.1.3.
Teori Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah
adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih,
putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini
disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu,
perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.[7]
2.1.4.
Teori status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi setiap anak juga dapat mempengaruhi tindakan anak
tersebut. Misalnya anak yang status sosial ekonominya rendah dan menginginkan
sesuatu barang karena tidak memiliki uang sehingga melakukan hal yang tidak
diinginkan oleh orang tua mereka,seperti: mencuri,anarki,mengamen. Sedangkan
anak yang status sosialnya tinggi karena merasa bahwa uang mudah di cari maka
sering melakukan hal yang negatif untuk menghambur-hamburkan uang yang
dimiliki.[8]
2.1.5.
Teori sistem pergaulan anak
Cara pergaulan anak sekarang ini
dapat dikatakan melebihi batas karena remaja sekarang ini sering melakukan
tindakan yang kurang baik dan tentunya merugikan diri sendiri dan orang lain,
contoh: merokok, miras, dan pergaulan bebas.[9]
2.2. KERANGKA BERFIKIR
Yang menjadi dasar pemikiran peneliti disini adalah kenakalan remaja
memang sangat memprihatinkan demi kemajuan suatu daerah, kenakalan remaja
timbul karena beberapa aspek yang memungkinkan untuk membuat remaja itu nakal
seperti,tawuran,minum-minuman alkohol,merokok dan bergaul secara bebas tanpa
memfilter dari pergaulan tersebut dan lain-lainnya .
Dan untuk menanggulangi semua itu dibutuhkan peran yang bisa untuk
merubah kebiasaan yang tidak baik dikalangan remaja tersebut,seperti :
Ø
Peran orang tua : orang tua sebagai orang yang
sangat dekat dengan anak seharusnya bisa untuk mengontrol anaknya dengan baik.
Ø
Peran kepala desa : kenakalan remaja didesa juga
seharusnya harus dikontrol oleh kepala desa seperti membuat peraturan desa yang
melarang aktivitas negatif remaja contohnya dilarang minum-minuman keras
dilarang tawuran dan melarang muda-mudi bergaul secara bebas.
3.
HIPOTESIS
Yang menjadi hipotesa dipenelitian ini adalah bahwasanya kepala desa
pangarambangan sudah membuat kebijakan-kebijakan demi untuk mengubah perilaku
yang tidak baik dari remaja yang berda didesa pangarambangan atau dengan kata
lain kepela desa sudah berperan untuk meminimalisirkan kenakalan remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Jadwal
Penelitian
3.1.1. Lokasi
Penelitian
Penelitian yang bejudul “Peran kepala desa dalam
menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab.
Paluta tahun 2013” di laksanakan di :
Desa : Pangarambangan
Kec : Halongonan
Kab : Paluta
Prov : Sumatera Utara
3.1.2. Jadwal
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 sampai 22 mei
2013 dengan jadwal sebagai berikut :
No
|
Hari/Tanggal/Tahun
|
Kegiatan
|
1
|
Sabtu/18
mei 2013
|
Mewawancarai
Kepala desa
|
2
|
Ahad/19 mei
2013
|
Mengamati
remaja di lokasi penelitian
Mewawancarai
sebagian remaja
|
3
|
Senin/20
mei 2013
|
Mengamati
remaja di Lokasi penelitian
Mewawancarai
sebagian orang tua
|
4
|
Selasa/21
mei 2013
|
Mewawancari
Sebagian Remaja
|
5
|
Rabu/22 mei
2013
|
Mewawancarai
kepala desa dan
Mengumpulkan
dokumen penunjang untuk penelitian dari kantor Kepala desa
|
3.2. Populasi dan Sampel
Dalam bagian ini dijelaskan tentang populasi dan sample. Dalam penelitian
ini yang dianggap populasi adalah seluruh kepala keluarga di desa
pangarambangan dan Sampel adalah keterkaitan, artinya sampel yang diambil harus
mewakili populasi. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan
diteliti secara mendalam sebagai wakil dari populasi.
Dengan berpedoman pada beberapa
pendapat di atas, maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 103 KK,
sedangkan sampel responden sebanyak 50 KK. Adapun teknik yang digunakan adalah random
sampling artinya dalam penentuan sampel menggunakan sampel acak tanpa
pandang bulu sehingga semua mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi anggota sampel, tidak pilih kasih, objektif.[10]
3.3.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:
3.3.1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data
dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap
gejala-gejala yang dihadapi (diselidiki), baik pengamatan itu dilaksanakan
dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan yang diadakan.[11]
Metode ini merupakan pencatatan dan
pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang ada ditempat
penelitian. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat
fisik yang tidak dapat diperoleh dengan cara interview.
3.3.2. Wawancara
Suharsini Arikunto (2002:132) menjelaskan bahwa
Wawancara yang sering juga disebut dengan interview atau kuesioner lisan adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh wawancara untuk memperoleh informasi dari
pewawancara (interviewer).[12]
Sukandarrumidi mengungkapkan bahwa wawancara adalah
proses Tanya jawab lesan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga
sendiri dari suaranya.[13]
Merujuk pada pendapat diatas, wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dan responden dalam penelitian ini dilakukan di ruangan yang
telah ditentukan dan pada jam sesuai dengan perjanjian antara peneliti dan
responden.
Adapun wawancara dari segi pelaksanaannya dibedakan
atas, Wawancara bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan;
Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan
dimana pewawancara membawa sederetan pertanyaan secara lengkap dan terperinci;
Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara
wawancara bebas dan wawancara terpimpin.[14]
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara bebas terpimpin, dimana peneliti membawa sederetan pertanyaan dan juga
menanyakan hal-hal lain yang terkait dengan yang ingin peneliti teliti.
3.3.3. Dokumen
Dokumen yaitu data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip buku, surat, prasasti,
notulen, rapat, agenda, dan sebagainya. [15]
Metode dokumenter adalah cara
mengumpulkan data melaului peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. [16]
Berdasarkan pendapat di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan
adalah dokumen yang berda di kantor kepala desa ataupun dirumah masing-masing
remaja yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
3.4. Pengolahan Dan Analisis Data
Teknik analisis data
penelitian yang berjudul “Peran kepala desa dalam menaggulangan kenakalan
remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” adalah
menggunakan penelitian sebagai analisis. Dengan cara:
Ø
Mendiskripsikan
hasil wawancara.
Ø
Meringkas
hasil wawancara dari masing-masing narasumber.
Ø
Mengklasifikasikan hasil wawancara berdasarkan
kriteria tertentu.
Ø
Menarik kesimpulan dari hasil wawancara.
Dan kami juga telah melakukan
pengamatan terhadap para remaja di desa pangarambangan
Selama 5 hari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Observasi
4.1.1.
Profil Desa Pangarambangan
Nama Desa :
Pangarambangan
Kec :
Halongonan
Kab :
Padang Lawas Utara
Provinsi :
Sumatera Utara
Berdasarkan
wawancara yang kami lakukan dengan para tokoh masyarakat didesa ini bahwasanya
desa ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sebelum merdeka yang
memimpin desa ini adalah Raja Huta ( Urat ni Tano ) dan setelah merdeka barulah
desa ini dipimpin oleh Kepala desa.
4.1.2. Daftar nama-nama kepala desa
No
|
Nama Kades
|
Masa Jabatan
|
1
|
Raja Tongku Siregar
|
1947-1967
|
2
|
Maraganti Hasibuan
|
1967-1985
|
3
|
Dogom Siregar
|
1985-1992
|
4
|
Isron Siregar
|
1992-2001
|
5
|
Rahman Hasibuan
|
2001-2009
|
6
|
Pandapotan Siregar
|
2009-Sekarang
|
4.1.3. Visi, Misi desa pangarambangan
Ø Visi
Terwujudnya Masyarakat yang
berkwalitas dan Saling tolong menolong
Ø Misi
Menyelenggarakan pemerintahan yang
unggul dan mengayomi.
4.1.4.
Persentase Pekerjaan Kepala Keluarga Desa
No
|
Jenis
pekerjaan
|
Jumlah
KK
|
Persentase
(%)
|
1
|
PNS
|
1
|
|
2
|
Petani
|
90
|
|
3
|
Pedagang
|
7
|
|
4
|
Tukang
bangunan
|
5
|
|
5
|
Pegawai
Swasta
|
4
|
|
6
|
Total
|
107
|
100 %
|
4.1.5.
Persentase Jumlah Masyarakat berdasarkan Jenis
Kelamin
No
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Laki-laki
|
369
|
|
2
|
Prempuan
|
390
|
|
3
|
Total
|
749
|
100 %
|
4.1.6.
Persentase Remaja Didesa Pangarambangan
No
|
JK
|
Usia
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Laki-laki
|
14-18 thn
|
77
|
|
2
|
Prempuan
|
14-18 Tahun
|
89
|
|
3
|
Total
|
166
|
100 %
|
4.1.7.
Persentase Agama
No
|
Agama
|
Persentase
|
1
|
Islam
|
100 %
|
Melalui pengamatan langsung yang dilakukan
oleh peneliti di desa pangarambangan kec. Halongoan bahwasanya pelaku kenakalan
remaja tersebut berusia sekitar 14-18 Tahun dan cenderung masih tahap emosi
yang sangat labil. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang dikelompokkan kedalam
kategori nakal seperti, Minum-minuman keras, bermain judi, Menyanyi tengah
malam didepan rumah-rumah warga dan sangat sering berkelahi sehingga hal ini
sangat mengganggu ketentraman masyarakat khususnya anak-anak.
Karena
anak-anak ini ditakutkan nanti akan meniru perbuatan yang dilakukan oleh
remaja-remaja tersebut. Dan dari pengamatan peneliti juga bahwasanya kejadian
ini cenderung dibiarkan begitu saja, karena tidak adanya yang menegur baik
secara langsung ataupun tidak.
Disamping
itu untuk papan-papan atau spanduk-spanduk yang bertujuan untu memotivasi anak
remaja berbuat baik dan menjauhi kegiatan-kegiatan negatifnya juga sangat minim
terlihat dipenjuru desa,tentunya dengan minimnya usaha atau peran pihak
pemerintah desa bisa saja menjadi satu faktor sehingga anak remaja cenderung
nakal.
4.2. Hasil wawancara
Hasil
penelitian dan pembahasan yang berjudul “Penanggulangan Anak Jalanan di Dusun
Banjarejo, Taman, Kota Madiun Tahun
2011” yakni :
4.2.1.
Wawancara
Kepala Desa pangarambangan
Dalam wawancara kepada Kepala
Desa mengatakan bahwa terdapat beberapa kasus yang terjadi di tahun 2013 ini misalnya
kasus perkelaihan remaja antar kampung dan kasus minuman keras serta perjudian.
Kepala Desa juga menunjukkan beberapa bukti yang menguatkan kejadian-kejadian
tersebut. Kepala desa juga menyarankan agar pihak orang tua lebih memperhatikan
anak dan orang tua harus menanamkan hal yang positif kepada anak, agar anak
tersebut tidak terjerumus terlalu dalam di pergaulan bebas. Dan dari aparat pemerintah desa sudah pernah
mengajak anak remaja yang nakal untuk mengikuti pengajian yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa dan ternyata tidak banyak yang menghadiri dari kalangan
remaja dikarenakan kurangnya peran orang tua untuk mengajak anaknya ke
pengajian yang dibuat. Sehingga dengan hal seperti ini kenakalan remaja didesa
pangarambangan sampai saat ini belum berkurang.
4.2.2.
Wawancara
dari beberapa masyarakat di Desa
Pangarambangan
Dalam wawancara kepada beberapa masyarakat
rata-rata mereka mengatakan bahwa remaja yang nakal sangat mengganggu dan merugikan masyarakat . Remaja
nakal juga melakukan mabuk-mabukan di
sembarang tempat tanpa mengenal waktu, menyanyi dengan keras ketika tengah
malam dan berjudi. Masyarakat merasa kurang nyaman dan tenang tinggal di desa
ini karena ulah anak remaja yang semakin hari semakin merugikan
masyarakat.Masyarakat juga berharap kepada kepala desa agar dapat segera
menanggulangi anak remaja yang nakal menuju hal yang positif. Seperti,
memberikan bimbingan-bimbingan dengan menghadirkan pakar atau alim ulama serta
ustadz dan mengajak remaja nakal berperan aktif dalam organisasi remaja desa
serta mengharapkan peran kepala desa dengan membuat pamplet-pamplet yang bisa
dibaca dengan kata-kata yang mengajak kepada kebaikan-kebaiakan sehingga mereka
bisa berubah dan Masyarakat desa hidup
menjadi aman,nyaman,dan tentram.
4.2.3. Wawancara kepada orang tua
Dalam wawancara kepada orang tua-orang tua dari para remaja mereka
mengatakan bahwasanya anak remaja nakal ini disebabkan oleh lingkungan
teman-temannya yang cenderung bandel dan kalau ditanya dari asal muasalnya
tentunya dari kemajuan zaman karena mulai dari kecil sudah sering menonton
adegan-adegan ditelevisi yang mempertontonkan adegan berkelahi dan ditambah
lagi dengan keadaan zaman sekarang ini. Dengan mudahnya didapat minuman
beralkohol yang beredar dengan cepat dan mudah didapat diberbagai penjuru desa.
Menurut hasil wawancara dari beberapa orang tua mereka mengetakan
sebenarnya orang tua bisa mempengaruhi anaknya yang nakal dengan cara sering
mengingatkan dan memberi nasehat. Dalam wawancara mereka juga mengatakan
seharusnya kepala desa bisa membuat aturan-aturan desa sehingga memperkecil
ruang gerak untuk mengerjakan kenakalan-kenakalan tersebut. Seperti, Aturan dilarang berjudi, dilarang menjual dan
meminum minuman keras, dan dilarang mengganggu ketentraman masyarakat yang
lain, seperti bernyanyi dengan kuat ditengah malam dan berkelahi atau rusuh.
Sehingga dengan seperti aturan yang dibuat ini remaja nakal bisa lebih baik.
4.2.4.
Wawancara
kepada beberapa remaja
Dalam
wawancara kepada remaja nakal yang berjumlah 16, 9 dari mereka mengatakan bahwa
hal yang mereka lakukan pada dasarnya biasa saja,dan hal tersebut dianggap
wajar karena hanya kenakalan biasa dan
tidak berlebihan. Namun 5 anak remaja nakal mengatakan bahwa mereka melakukan
tindakan mabuk-mabukan,berjudi, bernyanyi tengah malam dan berkelahi karena
sebagai pelampiasan mencari hiburan dan perhatian. Mereka menganggap bahwa
sudah tidak ada lagi yang peduli dengan dirinya. Sedangkan 2 remaja mengatakan
bahwa mereka melakukan mabuk-mabukan, bernyanyi tengah malam dan berkelahi
karena mengikuti kelakuan-kelakuan remaja yang lainnya.
Dan
kalau ditanya tentang ketenangan hati 4 remaja mengatakan hatinya senang dengan
melakukan hal tersebut,namun dari 12 orang remaja mengatakan sebenarnya hatinya
kurang tenang namun tidak tahu harus berbuat apa karena kurang adanya yang
memperhatikan baik dari orang tua, masyarakat dan pemerintah desa mereka hanya
menyalahkan kami tanpa adanya solusi yang ditawarkan untuk mengurangi kenakalan
mereka
Mereka
berharap dengan kehadiran sipeneliti mereka bisa berubah dengan dorongan dari
peneliti untuk bisa memberikan masukan kepada Pemerintah desa, Masyarakat dan
orang tua agar mereka bisa membuat kegiatan-kegiatan yang membuat remaja nakal bisa
beraktivitas dan perlahan mengurangi perbuatan-perbuatan nakal.
Daftar pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.Jakarta:
Rineka Cipta
Elida
Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja.
Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNP
Margono,
2003. Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nana
Sujana,2004.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Babdung :Sinar Baru
Alginsindo
Mulyono, B. (1995), Pendekatan Analisis
Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2000. Psikologi
Remaja. Jakarta
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu
Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2004).
Willis, S.
(1994), Problema Remaja dan Pemecahannya, Penerbit Angkasa, Bandung
Winarno Suharman, Dasar
Metode Teknik Penelitian, Tarsito, Bandung, 1985,
[1] Elida Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku
Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Jurusan Bimbingan dan
Konseling. FIP. UNP h : 57
[2] Sarwono, Sarlito Wirawan, 2000. Psikologi
Remaja. Jakarta h : 67
[3] Mulyono,
B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Kanisius, Yogyakarta h : 34
[4] Willis,
S. (1994), Problema Remaja dan Pemecahannya, Penerbit Angkasa, Bandung h
: 46
[5] Mulyono,
B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Kanisius, Yogyakarta
h : 34
[7] Elida
Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja.
Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNP h : 49
[9] Mulyono,
B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Kanisius, Yogyakarta
h : 67
[10] Nana
Sujana,2004.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Babdung :Sinar Baru
Alginsindo
[11]Winarno
Suharman, Dasar Metode Teknik Penelitian,
Tarsito, Bandung, 1985, Hlm. 36
[12]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek.
(jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm.
132.
[13] Sukandarrumidi,
Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2004). hlm. 88.
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu
Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm. 132.
[15]
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.Jakarta:
Rineka Cipta
[16]
Margono, 2003. Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar