Jumat, 10 Mei 2013

proposal kualitatif


Tugas Metode Penelitian Kualitatif
 ( Penelitian Mini )

PERAN KEPALA DESA DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI DESA PANGARAMBANGAN KEC. HALONGONAN KAB. PALUTA TAHUN 2013
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
JAMALUDDIN SIREGAR
31105110

Pai- IV smester VI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN









BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak berbagai macam fasilitas pendukung bagi masyarakat terutama bagi para kaum remaja. Fasilitas tersebut dari zaman ke zaman semakin berkembang misalnya laptop dan handphone. Karena kecanggihan itu lah sisi negatifnya yakni remaja menjadi malas dan cenderung melakukan hal yang negatif. Peran orang tua terhadap anaknya sangat berpengaruh, setiap orang tua hendaknya selalu memperhatikan anak agar anak dapat bertindak secara baik. Akan tetapi karena kesibukan orang tua, sehingga beberapa orang tua tidak memperhatikan anaknya. Apalagi pergaulan anak sekarang ini semakin bebas. Masalah kenakalan remaja cenderung terjadi di daerah kota-kota besar namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi di desa.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja.
Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya.[1] Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya, untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya.[2] Ciri lainnya adalah berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Hurlock, 2002 :213).
Pada dasarnya usia remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual.
Biehler (1972) membagi ciri-Ciri khas emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu:
Ø  Ciri khas emosional remaja usia 12-15 tahun
  Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
  Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
  Kemarahan biasa terjadi
  Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
  Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
James M. Kaufman mengemukakan Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.[3]
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.
Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.  Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa[4].
Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
1.2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah yang berjudul “Peran kepala desa dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” adalah :
Ø  Peran Kepala desa Pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013
Ø  Penyebab kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013.
1.3. Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian yang berujudul” Peran Kepala desa pangarambangan daalam menanggulangi kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013. adalah:
Ø  Bagaimana Peran Kepala desa pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013?
Ø   Faktor apa saja yang dapat menyebabkan tindakan para remaja menjadi negatif?
1.4. Fokus penelitian
   Penelitian ini berfokus untuk meneliti :
Ø  Peran Kepala desa pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013
Ø  Faktor apa saja yang dapat menyebabkan tindakan para remaja menjadi negatif     
1.4.  Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian yang berjudul “Peran Kepala desa pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” yaitu:
Ø  Mengetahui faktor yang mempengaruhi tindakan negatif anak jalanan.
Ø  Dapat menanggulangi kenakalan remaja  di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013.
1.5.       Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian yang berjudul “Peran Kepala desa pangarambangan dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” yaitu:
Ø  Dapat memberikan ide untuk mengarahkan para anak jalanan ke hal yang positif dan menjadi lebih baik.
Ø  Memberitahukan kepada para kepala desa betapa pentingnya arahan untuk para remaja demi kebaikan untuk agama dan negeri.























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KERANGKA TEORITIS
2.1.1.      Teori pengarahan orang tua
Faktor orang tua terhadap perkembangan anak sangat berpengaruh. Setiap orang tua hendaknya selalu memperhatikan anak agar anak tindak bertindak ke hal yang negatif. Beberapa orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga jarang memperhatikan anak. Orang tua tidak hanya sekedar memperhatikan melainkan harus dapat mengarahkan anaknya ke hal yang baik.[5]
2.1.2.      Teori psikologi anak
Kejiwaan atau psikologi setiap anak berbeda-beda tergantung dari penerapan atau kebiasaan yang dilakukan oleh setiap anak sejak kecil. Anak yang dilahirkan dari keluarga broken home cenderung ingin melakukan sesuatu yang negatif agar diperhatikan
 lebih oleh orang tuanya.[6]
2.1.3.      Teori Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.[7]
2.1.4.      Teori status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi setiap anak juga dapat mempengaruhi tindakan anak tersebut. Misalnya anak yang status sosial ekonominya rendah dan menginginkan sesuatu barang karena tidak memiliki uang sehingga melakukan hal yang tidak diinginkan oleh orang tua mereka,seperti: mencuri,anarki,mengamen. Sedangkan anak yang status sosialnya tinggi karena merasa bahwa uang mudah di cari maka sering melakukan hal yang negatif untuk menghambur-hamburkan uang yang dimiliki.[8]
2.1.5.      Teori sistem pergaulan anak
Cara pergaulan anak  sekarang ini dapat dikatakan melebihi batas karena remaja sekarang ini sering melakukan tindakan yang kurang baik dan tentunya merugikan diri sendiri dan orang lain, contoh: merokok, miras, dan pergaulan bebas.[9]
2.2. KERANGKA BERFIKIR
Yang menjadi dasar pemikiran peneliti disini adalah kenakalan remaja memang sangat memprihatinkan demi kemajuan suatu daerah, kenakalan remaja timbul karena beberapa aspek yang memungkinkan untuk membuat remaja itu nakal seperti,tawuran,minum-minuman alkohol,merokok dan bergaul secara bebas tanpa memfilter dari pergaulan tersebut dan lain-lainnya .
Dan untuk menanggulangi semua itu dibutuhkan peran yang bisa untuk merubah kebiasaan yang tidak baik dikalangan remaja tersebut,seperti :
Ø  Peran orang tua : orang tua sebagai orang yang sangat dekat dengan anak seharusnya bisa untuk mengontrol anaknya dengan baik.
Ø  Peran kepala desa : kenakalan remaja didesa juga seharusnya harus dikontrol oleh kepala desa seperti membuat peraturan desa yang melarang aktivitas negatif remaja contohnya dilarang minum-minuman keras dilarang tawuran dan melarang muda-mudi bergaul secara bebas.
3.      HIPOTESIS
Yang menjadi hipotesa dipenelitian ini adalah bahwasanya kepala desa pangarambangan sudah membuat kebijakan-kebijakan demi untuk mengubah perilaku yang tidak baik dari remaja yang berda didesa pangarambangan atau dengan kata lain kepela desa sudah berperan untuk meminimalisirkan kenakalan remaja.









BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.1.1.      Lokasi Penelitian
Penelitian yang bejudul “Peran kepala desa dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” di laksanakan di :
Desa       : Pangarambangan
Kec        : Halongonan  
Kab        : Paluta         
Prov       : Sumatera Utara
3.1.2.      Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 18 sampai 22 mei 2013 dengan jadwal sebagai berikut :
No
Hari/Tanggal/Tahun
Kegiatan
1
Sabtu/18 mei 2013
Mewawancarai Kepala desa
2
Ahad/19 mei 2013
Mengamati remaja di lokasi penelitian
Mewawancarai sebagian remaja
3
Senin/20 mei 2013
Mengamati remaja di Lokasi penelitian
Mewawancarai sebagian orang tua
4
Selasa/21 mei 2013
Mewawancari Sebagian Remaja
5
Rabu/22 mei 2013
Mewawancarai kepala desa dan
Mengumpulkan dokumen penunjang untuk penelitian dari kantor Kepala desa

3.2. Populasi dan Sampel
Dalam bagian ini dijelaskan tentang populasi dan sample. Dalam penelitian ini yang dianggap populasi adalah seluruh kepala keluarga di desa pangarambangan dan Sampel adalah keterkaitan, artinya sampel yang diambil harus mewakili populasi. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara mendalam sebagai wakil dari populasi.
            Dengan berpedoman pada beberapa pendapat di atas, maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 103 KK, sedangkan sampel responden sebanyak 50 KK. Adapun teknik yang digunakan adalah random sampling artinya dalam penentuan sampel menggunakan sampel acak tanpa pandang bulu sehingga semua mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel, tidak pilih kasih, objektif.[10]
3.3. Alat Pengumpulan Data
Alat  pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:
3.3.1.      Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala yang dihadapi (diselidiki), baik pengamatan itu dilaksanakan dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan yang diadakan.[11]
Metode ini merupakan pencatatan dan pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang ada ditempat penelitian. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat fisik yang tidak dapat diperoleh dengan cara interview.
3.3.2.      Wawancara
Suharsini Arikunto (2002:132) menjelaskan bahwa Wawancara yang sering juga disebut dengan interview atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh wawancara untuk memperoleh informasi dari pewawancara (interviewer).[12]
Sukandarrumidi mengungkapkan bahwa wawancara adalah proses Tanya jawab lesan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.[13]
Merujuk pada pendapat diatas, wawancara yang dilakukan oleh peneliti dan responden dalam penelitian ini dilakukan di ruangan yang telah ditentukan dan pada jam sesuai dengan perjanjian antara peneliti dan responden.
Adapun wawancara dari segi pelaksanaannya dibedakan atas, Wawancara bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan;
Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan dimana pewawancara membawa sederetan pertanyaan secara lengkap dan terperinci;
Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin.[14]
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin, dimana peneliti membawa sederetan pertanyaan dan juga menanyakan hal-hal lain yang terkait dengan yang ingin peneliti teliti.
3.3.3.      Dokumen
Dokumen yaitu data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip buku, surat, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya. [15]
Metode dokumenter adalah cara mengumpulkan data melaului peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. [16]
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan adalah dokumen yang berda di kantor kepala desa ataupun dirumah masing-masing remaja yang berhubungan dengan judul penelitian ini.
3.4. Pengolahan Dan Analisis Data
                        Teknik analisis data penelitian yang berjudul “Peran kepala desa dalam menaggulangan kenakalan remaja di desa pangarambangan kec. Halongonan kab. Paluta tahun 2013” adalah menggunakan penelitian sebagai analisis. Dengan cara:
Ø  Mendiskripsikan hasil wawancara.
Ø  Meringkas  hasil wawancara dari masing-masing narasumber.
Ø  Mengklasifikasikan hasil wawancara berdasarkan kriteria tertentu.
Ø  Menarik kesimpulan dari hasil wawancara.
Dan kami juga telah melakukan pengamatan terhadap para remaja di desa pangarambangan
Selama 5 hari.







BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Observasi

4.1.1.      Profil Desa Pangarambangan
Nama Desa       : Pangarambangan
Kec                   : Halongonan
Kab                   : Padang Lawas Utara
Provinsi             : Sumatera Utara                  
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan para tokoh masyarakat didesa ini bahwasanya desa ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sebelum merdeka yang memimpin desa ini adalah Raja Huta ( Urat ni Tano ) dan setelah merdeka barulah desa ini dipimpin oleh Kepala desa.
4.1.2.      Daftar nama-nama kepala desa
No
Nama Kades
Masa Jabatan
1
Raja Tongku Siregar
1947-1967
2
Maraganti Hasibuan
1967-1985
3
Dogom Siregar
1985-1992
4
Isron Siregar
1992-2001
5
Rahman Hasibuan
2001-2009
6
Pandapotan Siregar
2009-Sekarang

4.1.3.      Visi, Misi desa pangarambangan
Ø  Visi
Terwujudnya Masyarakat  yang berkwalitas dan Saling tolong menolong
Ø  Misi
Menyelenggarakan pemerintahan  yang unggul dan mengayomi.
4.1.4.      Persentase Pekerjaan Kepala Keluarga Desa
No
Jenis pekerjaan
Jumlah KK
Persentase (%)
1
PNS
1

2
Petani
90

3
Pedagang
7

4
Tukang bangunan
5

5
Pegawai Swasta
4

6
Total
107
100 %

4.1.5.      Persentase Jumlah Masyarakat berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
369

2
Prempuan
390

3
Total
749
100 %

4.1.6.      Persentase Remaja Didesa Pangarambangan
No
JK
Usia
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
14-18 thn
77

2
Prempuan
14-18 Tahun
89

3
Total
166
100 %

4.1.7.      Persentase Agama
No
Agama
Persentase
1
Islam
100 %

               Melalui pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di desa pangarambangan kec. Halongoan bahwasanya pelaku kenakalan remaja tersebut berusia sekitar 14-18 Tahun dan cenderung masih tahap emosi yang sangat labil. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang dikelompokkan kedalam kategori nakal seperti, Minum-minuman keras, bermain judi, Menyanyi tengah malam didepan rumah-rumah warga dan sangat sering berkelahi sehingga hal ini sangat mengganggu ketentraman masyarakat khususnya anak-anak.
               Karena anak-anak ini ditakutkan nanti akan meniru perbuatan yang dilakukan oleh remaja-remaja tersebut. Dan dari pengamatan peneliti juga bahwasanya kejadian ini cenderung dibiarkan begitu saja, karena tidak adanya yang menegur baik secara langsung ataupun tidak.
               Disamping itu untuk papan-papan atau spanduk-spanduk yang bertujuan untu memotivasi anak remaja berbuat baik dan menjauhi kegiatan-kegiatan negatifnya juga sangat minim terlihat dipenjuru desa,tentunya dengan minimnya usaha atau peran pihak pemerintah desa bisa saja menjadi satu faktor sehingga anak remaja cenderung nakal.
4.2.      Hasil wawancara
               Hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul “Penanggulangan Anak Jalanan di Dusun Banjarejo, Taman, Kota Madiun  Tahun 2011” yakni :
4.2.1.      Wawancara Kepala Desa pangarambangan
               Dalam wawancara kepada Kepala Desa mengatakan bahwa terdapat beberapa kasus yang terjadi di tahun 2013 ini misalnya kasus perkelaihan remaja antar kampung dan kasus minuman keras serta perjudian. Kepala Desa juga menunjukkan beberapa bukti yang menguatkan kejadian-kejadian tersebut. Kepala desa juga menyarankan agar pihak orang tua lebih memperhatikan anak dan orang tua harus menanamkan hal yang positif kepada anak, agar anak tersebut tidak terjerumus terlalu dalam di pergaulan bebas.  Dan dari aparat pemerintah desa sudah pernah mengajak anak remaja yang nakal untuk mengikuti pengajian yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dan ternyata tidak banyak yang menghadiri dari kalangan remaja dikarenakan kurangnya peran orang tua untuk mengajak anaknya ke pengajian yang dibuat. Sehingga dengan hal seperti ini kenakalan remaja didesa pangarambangan sampai saat ini belum berkurang.
4.2.2.      Wawancara dari beberapa  masyarakat di Desa Pangarambangan
               Dalam wawancara kepada beberapa masyarakat rata-rata mereka mengatakan bahwa remaja yang nakal sangat  mengganggu dan merugikan masyarakat . Remaja nakal  juga melakukan mabuk-mabukan di sembarang tempat tanpa mengenal waktu, menyanyi dengan keras ketika tengah malam dan berjudi. Masyarakat merasa kurang nyaman dan tenang tinggal di desa ini karena ulah anak remaja yang semakin hari semakin merugikan masyarakat.Masyarakat juga berharap kepada kepala desa agar dapat segera menanggulangi anak remaja yang nakal menuju hal yang positif. Seperti, memberikan bimbingan-bimbingan dengan menghadirkan pakar atau alim ulama serta ustadz dan mengajak remaja nakal berperan aktif dalam organisasi remaja desa serta mengharapkan peran kepala desa dengan membuat pamplet-pamplet yang bisa dibaca dengan kata-kata yang mengajak kepada kebaikan-kebaiakan sehingga mereka bisa berubah dan Masyarakat  desa hidup menjadi aman,nyaman,dan tentram.
4.2.3.      Wawancara kepada orang tua
Dalam wawancara kepada orang tua-orang tua dari para remaja mereka mengatakan bahwasanya anak remaja nakal ini disebabkan oleh lingkungan teman-temannya yang cenderung bandel dan kalau ditanya dari asal muasalnya tentunya dari kemajuan zaman karena mulai dari kecil sudah sering menonton adegan-adegan ditelevisi yang mempertontonkan adegan berkelahi dan ditambah lagi dengan keadaan zaman sekarang ini. Dengan mudahnya didapat minuman beralkohol yang beredar dengan cepat dan mudah didapat diberbagai penjuru desa.
Menurut hasil wawancara dari beberapa orang tua mereka mengetakan sebenarnya orang tua bisa mempengaruhi anaknya yang nakal dengan cara sering mengingatkan dan memberi nasehat. Dalam wawancara mereka juga mengatakan seharusnya kepala desa bisa membuat aturan-aturan desa sehingga memperkecil ruang gerak untuk mengerjakan kenakalan-kenakalan tersebut. Seperti,  Aturan dilarang berjudi, dilarang menjual dan meminum minuman keras, dan dilarang mengganggu ketentraman masyarakat yang lain, seperti bernyanyi dengan kuat ditengah malam dan berkelahi atau rusuh. Sehingga dengan seperti aturan yang dibuat ini remaja nakal bisa lebih baik.
4.2.4.      Wawancara kepada beberapa remaja
               Dalam wawancara kepada remaja nakal yang berjumlah 16, 9 dari mereka mengatakan bahwa hal yang mereka lakukan pada dasarnya biasa saja,dan hal tersebut dianggap wajar karena  hanya kenakalan biasa dan tidak berlebihan. Namun 5 anak remaja nakal mengatakan bahwa mereka melakukan tindakan mabuk-mabukan,berjudi, bernyanyi tengah malam dan berkelahi karena sebagai pelampiasan mencari hiburan dan perhatian. Mereka menganggap bahwa sudah tidak ada lagi yang peduli dengan dirinya. Sedangkan 2 remaja mengatakan bahwa mereka melakukan mabuk-mabukan, bernyanyi tengah malam dan berkelahi karena mengikuti kelakuan-kelakuan remaja yang lainnya.
               Dan kalau ditanya tentang ketenangan hati 4 remaja mengatakan hatinya senang dengan melakukan hal tersebut,namun dari 12 orang remaja mengatakan sebenarnya hatinya kurang tenang namun tidak tahu harus berbuat apa karena kurang adanya yang memperhatikan baik dari orang tua, masyarakat dan pemerintah desa mereka hanya menyalahkan kami tanpa adanya solusi yang ditawarkan untuk mengurangi kenakalan mereka
               Mereka berharap dengan kehadiran sipeneliti mereka bisa berubah dengan dorongan dari peneliti untuk bisa memberikan masukan kepada Pemerintah desa, Masyarakat dan orang tua agar mereka bisa membuat kegiatan-kegiatan yang membuat remaja nakal bisa beraktivitas dan perlahan mengurangi perbuatan-perbuatan nakal.
              





Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta
Elida  Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNP
Margono, 2003. Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nana Sujana,2004.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Babdung :Sinar Baru Alginsindo
Mulyono, B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2000. Psikologi Remaja. Jakarta
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,  2004).
Willis, S. (1994), Problema Remaja dan Pemecahannya, Penerbit Angkasa, Bandung
Winarno Suharman, Dasar Metode Teknik Penelitian, Tarsito, Bandung, 1985,




[1] Elida  Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNP h : 57
[2] Sarwono, Sarlito Wirawan, 2000. Psikologi Remaja. Jakarta h : 67

[3] Mulyono, B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta h : 34
[4] Willis, S. (1994), Problema Remaja dan Pemecahannya, Penerbit Angkasa, Bandung h : 46
[5] Mulyono, B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta h : 34
[7] Elida  Prayitno, Erlamsyah, 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNP h : 49
[9] Mulyono, B. (1995), Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, Kanisius, Yogyakarta h : 67
[10] Nana Sujana,2004.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Babdung :Sinar Baru Alginsindo
[11]Winarno Suharman, Dasar Metode Teknik Penelitian, Tarsito, Bandung, 1985, Hlm. 36
[12] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm.  132.
[13] Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,  2004). hlm.  88.
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. (jakarta: Rineka Cipta, 2002). hlm.  132.
[15] Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta
[16] Margono, 2003. Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar