Selasa, 25 Maret 2014

Tugas Terbaik Makalah Manajemen Organisasi PBI-3 Sem II :Pengambilan Keputusan


Pengambilan Keputusan
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Manajemen Organisasi
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
 Kelompok 1

An-nisa
Eko Susanto
Ratna Sari Lubis
Wanda Lestari

Dosen Pembimbing:
 Fitri Hayati,S.E.MA



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam marilah kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kearah yang terang benderang yang disinari iman dan Islam.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Fitri Hayati,S.E.MA yang merupakan dosen pada mata kuliah Manajemen Organisasi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pemakalah mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami ini kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan.
                                                                                                            


  Medan, 22 Maret 2014
Hormat Kami


Pemakalah




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pengambilan Keputusan.................................................... 3
B.   Sifat Dasar Pengambilan Keputusan.................................................. 4
C.  Konsepsi Dasar Pengambilan Keputusan ........................................... 5
D.  Proses Pengambilan Keputusan........................................................... 7
E.  Gaya Pengambilan Keputusan Manajemen ......................................... 8
F.  Metode Keputusan ............................................................................ 10
G.  Langkah-Langkah Menjadi Pembuat Keputusan Yang Baik ........... 11
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan ...................................................................................... 14
B.       Saran ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pengambilan keputusan sering kita lakukan dalam keseharian, tetapi terkadang tidak kita sadari. Banyak keputusan yang harus di ambil setiap hari, tetapi kadang-kadang satu hari hanya satu keputusan kita buat, tergantung keperluannya. Membuat keputusan dan pemecahan masalah merupakan salah satu peranan yang harus di mainkan setiap leader dan manajer. Semua fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat menjadi factor yang harus di pertimbangkan menajemen yang mendorong manajer untuk mampu membuat sejumlah keputusan dalam waktu yang tepat dan cepat. Untuk mampu mengimbangi cepatnya perubahan waktu, seorang manajer harus sanggup menghadapi  minimal tiga tantangan, yaitu  keadaan yang sangat kompleks, keadaan yang tidak menentu, dan tuntutan untuk dapat bertindak luwes.
Kualitas suatu keputusan merupakan cermin dari daya pikir manajer. Oleh karna itu, berpikir dalam hubungannya dengan mengambil keputusan dan memecahkan masalah  harus di usahakan agar tidak tersesat ke jalan yang tidak efektif dan efisien.[1]
Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat keputusan yang memungkinkan organisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama anggota organisasi. Pemimpin organisasi mempermudah proses membuat keputusan dan juga mempermudah komunikasi keputusan kepada semua anggota organisasi dan kepada masyarakat.
Dijelaskan oleh Adair bahwa : “the essence of management is decision making”. Artinya esensi yang sesungguhnya dari manajemen adalah pengambilan keputusan. Karena itu teori pengambilan keputusan perlu dipelajari dan dipahami oleh para manajer yang ingin berhasil dalam mengelola organisasi.
Bagaimanapun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya memiliki esensi pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan semuanya mengandung konsep dan perilaku pengambilan keputusan. Dengan kata lain, esensi dari kegiatan manajer di dalam menjalankan manajemen pada sebuah organisasi bertitik tolak dan berintikan pengambilan keputusan. Karena pengambilan keputusan pada kegiatan perencanaan dimulai dari menentukan visi, misi, sasaran, strategi dan tujuan organisasi dalam proses perencanaan strategic. Begitu pula halnya dalam perencanaan operasional, seorang manajer menengah dan rendah juga harus mengambil keputusan mengenai cara kerja yang harus ditempuhnya dalam mencapai tujuan. Di dalam pelaksanaan program inilah dperlukan adanya kegiatan mengorganisasikan sumberdaya personil yang diperlukan, sumberdaya material, barang, uang dan lingkungan diperlukan agar kegiatan dapat terlaksana.
Dengan demikian harus ditentukan manajer, siapa yang bertanggung jawab dalan bidang apa dia mengerjakan kegiatan atau program/proyek. Untuk itu haruslah disusun struktur organisasi sebagai kelengkapannya, dibuat tugas-tugas dan tanggung jawab setiap personil. Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi maka direncanakan pula kualifikasi sumberdaya personil yang diperlukan dan diputuskanlah berapa tenaga yang dibutuhkan. Keseluruhan proses ini mengandung pengambilan keputusan sejak dari rekrutmen, penempatan, pelatihan, pengembangan dan lain-lain. Agar supaya para pegawai dan personil lainnya bekerja, maka manajer juga mengambil keputusan proses memotivasi mereka, yaitu dengan membagi tugas dan prosedur kerja, menentukan gaji, insentif, bonus, disiplin kerja, hukuman, reward dan lain sebagainya.
Bahkan pengawasan juga memiliki tindakan pengambilan keputusan melalui menetapkan teknik pengawasan fungsional atau struktural dari para manajer. Tak terkecuali jenis pengawasan harus menjadi bahagian dari proses manajemen dan pengambilan keputusan dari keseluruhan organisasi.[2]

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan senantiasa berkaitan dengan sebuah problem atau kesulitan. Melalui sesuatu keputusan dan penerapannya, orang mengharapkan bahwa akan dicapai sesuatu pemecahan atas problem tersebut atau penyelesaian konflik.
Secara harfiah pengambilan keputusan berarti me-motong (atau me-mutuskan atau secara praktis mencapai sesuatu kesimpulan). Dalam kamus Webster hal ini tersebut dinyatakan sebagai tindakan menentukan sesuatu pendapat atau langkah-langkah tindakan.[3]
Banyak defenisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Sebagaimana Winardi mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan altenatif (atau lebih).
Pendapat lain dikemukakan Mondy dan Premeaux bahwa: “decision making is the process of generating and evaluating altenatives and making choise among them’’. Pendapat ini menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pengajuan dan evaluasi beberapa altenatif serta membuat pilihan di antara beberapa alternatif yang ada.
Morphet mengatakan, bahwa jenis keputusan yang dibuat mempengaruhi level pembuatan keputusan, proses membuat keputusan dan pelaksanaan keputusan setelah keputusan tersebut dibuat.
Ivancevic dan Matesson, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu:[4]
1.      Keputusan terprogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terprogram dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terprogram adalah untuk memperluas kemampuan organisai dalam memechkan masalah dengan adanya informasi yang yang mencukupi.
2.      Keputusan tidak terprogram tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak tidak terstruktur. Tidak ada ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab tidak ada secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumut dan penting penting sekali.
B.       Sifat Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu semua pekerjaan. Dengan kata lain, rangakaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi kelompok, kelompok, unit atau individu. Bagaimanapun  sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya adalah diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan adanya keputusan-keputusan strategis, seperti; penambahan pegawai karena jumlah pekerjaan semakin banyak, dan pembukaan cabang baru, karena pendistribusian semakin gencar, dll.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi. Berkenaan dengan hal ini, Adair menjelaskan bahwa; “Inany management situation, a decision or series of decision must precede implementation”.
Oleh sebab itu sebuah organisasi atau perubahan baru akan berhasil, pertama sekali adalah memerlukan keputusan yang berkualitas tinggi, penuh perhitungan, keberanian dan informasi yang pasti kebenarannya. Ditegaskannya, bahwa: “the first requirement for success in any enterprise, then is high quality management decision”.[5]

C.      Konsepsi Dasar Pengambilan Keputusan
Para ilmuan perilaku organisasi, ahli penelitian operasional, dan manajer berpendapat bahwa dalam suatu organisasi, sebagian besar para bawahan menginginkan kesempatan untuk di libatkan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berpendapat bahwa peran peran serta yang meningkat dalam keputusan, memiliki dampak meningkatnya keterkaitan mereka pada organisasi, kepuasan pekerjaan, pertumbuhan, dan perkembangan pribadi, serta penerimaan inovasi. Cara manajer memengaruhi para bawahan lebih berdasarkan tukar fikiran dan kerja sama dari pada berdasarkan otoritas.
Selain menyebabkan kepuasan yang lebih besar dari bawahan, dan sebagai dampaknya adalah usaha yang lebih besar, produktivitas kerja, serta efektivitas yang lebih tinggi. Para pendukung  pandangan tersebut memiliki alasan tambahan atas keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan. Ditunjukkan bahwa beberapa permasalahan yang di hadapi oleh organisasi makin bertambah kompleks, memerlukan pengetahuan dalam bidang yang canggih, dan merupakan bentuk permasalahan yang tidak pernah di hadapi organisasi sebelumnya, baik bersifat technologi, social, maupun manusiawi.
Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan mengenai esensi atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, analisis permasalahan dengan menggunakan fakta dan data, mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga di temukan alternatif yang paling rasional dan penilaian atas keluaran yang di capai.
Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi. Jadi, mengambil keputusan berarti memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan dari beberapa alternatef yang di hadapi. Alternatif yang di tetapkan merupakan keputusan. Kualitas dari keputusan yang diambil tersebut merupakan  standar dari efektifitas mereka.
Analisis yang sistematis mengenai pengambilan keputusan terkenal dengan nama teori keputusan. Teori keputusan berakar kuat dalam bidang statistika dan ilmu perilaku serta memiliki tujuan sebagai pengambilan keputusan dalam ilmu tersebut bukan hanya sebagai kiat saja. Pada pertengahan abad dua puluhan, para ahli penelitian operasional, ahli statistika, ahli computer dan ahli pelaku berusaha mengidentifikasikan elemen dalam pengambilan keputusan. Hal itu dapat memberikan kerangka kerja bagi menejer sebagai pengambil keputusan untuk memungkinkan mereka secara lebih efektif menganalisis lingkungan yang rumit serta mengandung berbagai macam alternatif serta konsekuensi yang mungkin.
Herbert  A. Simon mengatakan, bahwa Ia telah mengembangkan klasifikasi jenis keputusan yang berbeda, yaitu keputusan yang diprogram ( programmed decisions  ) dan keputusan yang tidak diprogram ( nonprogammed decisions ) seperti yang telah dibahas juga di bahas diatas, yaitu:
1.      Keputusan yang Diprogram ( Programmed decisions )
Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut berulang dan rutin serta telah di kembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Contohnya:[6] keputusan kenaikan kelas peserta didik, keputusan pengangkatan, keputusan penetapan gaji  pegawai baru, keputusan pensiun, dan sebagainya.
2.      Keputusan yang Tidak Diprogram ( Non programmed decisions )
Suatu keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Oleh karena keputusan tersebut memiliki karasteristik demikian maka tidak ada prosedur yang pasti untuk menangani permasalahan. Hal ini disebabkan tidak timbul dengan cara yang persis sama dengan sebelumnya atau karena permasalahan tersebut rumit atau bahkan luar biasa urgensinya sehingga keputusan tersebut memerlukan manajemen yang spesifik. Keputusan yang tidak diprogram harus diidentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan keputusan sering kali memerlukan alokasi dana yang sangat besar. Keputusan yang tidak diprogrma secara tradisional telah ditangani dengan proses pemecahan umum, pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Namun, manajemen modern belum banyak kemajuan dalam meningkatkan pengambilan keputusan yang tidak diprogram dibandingkan dengan kemajuan dalam pengambilan keputusan yang diprogram.[7]
Contohnya:[8] keputusan lembaga baru, keputusan terjadinya musibah kebakaran, kebanjiran, robohnya sekolah, dan sebagainya.
D.      Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan yang telah ditetapkan oleh manajer bukanlah tujuan organisasi, keputusan tersebut lebih tepat dilaksanaknan sebagai cara yang tepat untuk merealisasikan tujuan. Keputusan sebenarnya merupakan suatu tanggapan keorganisasian terhadap suatu permasalahan. Setiap keputusan adalah keluaran dari proses dinamis yang dipengaruhi oleh kekuatan yang banyak sekali. Herbert A.Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasra dalam proses pengambilan keputusan. Model yang diajukan terdiri atas tiga tahap pokok, yaitu:[9]
1.        Penelitian, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah , dan diuji untuk dijadikan arah tindakan yang dapat mengidentifikasikan perrmasalahan.
2.        Desain, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin. Aktivitas ini meliputi proses untuk memahami permasalahan, menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3.        Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

E.       Gaya Pengambilan Keputusan Manajemen
Faktor penting dalam proses pengambilan keputusan adalah permasalahan yang harus dihadapi. Dalam kehidupan organisasi mutlak di perlukan kemampuan untuk melihat, mengenal, dan mengedintifiksai permasalahan, dipandang dari segi pengambilan keputusan, manakala pihak tertentu khususnya manajer memiliki tujuan yang jelas dan yang sedang diusahakannya.
Untuk merealisasikan tujuan, aktivitas perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu secara sederhana maupun rumit sehingga timbul aktivitas yang efektif dengan rencana tertentu sebagai standar melakukan aktifitas dalam organisasi.
Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah di tetapkan merupakan salah satu contoh suatu permasalahan yang ada dalam organisasi dan memerlukan aktivitas pengambilan keputusan.Manajer karena otoritasnya dalam suatu organisasi dipenuhi dengan serangkaian pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif tindakan dalam penyelesaian permasalaahn yang dihadapi. Pengambilan keputusan merupakan komponen aktivitas manajer, terutama apabila manajer manajer tersebut menjalankan perencanaan. Dalam proses perencanaaan tersebut manajer menetapkan tujuan organisasi, sumber daya yang akan digunakan, dan bawahan mana yang akan menjalankan setiap tugas yang telah di tetapkan.
Manajer dalam pengambilan keputusan dapat berperan dalam berbagai macam gaya. Pada beberapa organisasi seringkali terdapat variasi gaya pengambilan keputusan manajemen antara stu manajer dengan menejer lain. Gaya manajer dalam mengambil keputusan akan banyak di warnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilaku , pengalaman dan sejenisnya.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai berikut:[10]
1.    Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia pada waktu tertentu.
2.    Manajer memeperoleh informasi yang diperlukan dari pada bawahan dan kemudian menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah lebih, dalam hal informasi yang diperlukan kepada manajer daripada rumusan atau penilaian alternatif.
3.    Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan bawahan sebagai suatu kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau tidak dapat mencerminkan masukan atau intuisi maupun anspirasi para bawahan.
4.    Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan tersebut dalam suatu konferensi atau pertemuan kelompok. Keputusan yang diambil dapat atau tidak mencerminkan masukan dan aspirasi para bawahan.
5.    Manajer membicarakan situasi keputusan dengan bawahan sebagai suatu kelompok dan kelompok menyusun serta menilai alternative. Manajer tidak bermaksud untuk mempengaruhi para bawahan dan berkeinginana untuk menerima implementasi serta merealisasikan setiap keputusan hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan (Manager) sebagai seorang yang harus melakukan pengambilan keputusan harus memenuhi berbagai criteria dasar, terutama syarat intelektual dan mental. Menejer harus mampu membedakan antara tanggung jawab untuk mengambil keputusan dengan tanggung jawab untuk menjalankan keputusan.
Dalam organisasi, sering kali timbul keputusan untuk membentuk pusat penyimpangan informasi. Organisasi besar biasanya memiliki pusat informasi yang sekaligus mendukung pusat-pusat keputusan. Pusat keputusan berkaitan antara satu yang lainnya dengan mengikuti struktur organisasi. Dengan demikian, semacam jaringan keputusan dengan dibayangi sebagai penunjang oleh system jaringan informasi melalui jaringan komunikasi.

F.       Metode Keputusan
Pengamatan proses pengambilan keputusan dalam kelompok diarahkan pada cara atau metode dalam mengambil keputusan. Suatu metode belum tentu lebih baik dibandingkan metode lainnya. Setiap metode mempunyai kegunaannya sendiri-sendiri tergantung pada kelompoknya, waktu yang tersedia, dan fasalitas yang ada. Berikut disajikan enam metode pengambilan keputusan.[11]
1.      Keputusan Yang Kurang Tanggapan
Metode ini banyak digunakan sekaligus merupakan metode yang biasanya kurang di perhatikan. Seseorang mengemukakan suatu saran dan sebelum didiskusikan. Orang lain mengusulkan gagasan lain. Prosesnya berulang dengan sendirinya sehingga akhirnya kelompok mendapatkan beberapa gagasan. Semua gagasan telah menjadi keputusan bersama. Tanpa pertimbangan atau pengulasan. Sering terjadi dalam suatu konferensi ada saran yang tidak pernah dipertimbangkan untuk didiskusikan.
2.      Keputusan Dengan Otoritas
Suatu metode yang efisien jika pimpinan sidang atau rapat mendengarkan secara seksama gagasan anggotanya. Gagasan yang disampaikan didiskusikan, pimpinan mendengarkan dengan baik. Setelah pimpinan mendapatkan informasi yang cukup, ia kemudian memutuskan dengan menggunakan otoritasnya.
3.      Keputusan Minoritas
Keputusan minoritas terjadi jika satu atau dua anggota kelompok dapat mengatasi anggota kelompok lainnya. Penyebabnya ialah karena yang  minoritas tersebut memiliki enam kekuasaan.
4.      Keputusan Mayoritas.
Keputusan mayoritas merupakan metode pengambilan keputusan yang paling banyak di kenal orang di Negara yang menerapkan system demokrasi. Keputusan di adakan dengan cara pemungutan suara. Suara terbanyak adalah pemenangnya. Kelemahan metode ini adalah pemungutan suara cenderung mengarah kepada pembentukan koalisi sehingga ada minoritas yang di kalahkan.
5.      Keputusan Konsensus
Keputusan konsensus merupakan metode yang banyak menyita waktu karena memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk berkonsensus.

6.      Keputusan Bulat
Metode ini yang paling ideal, tetapi sulit direalisasikan. Keputusan ini terjadi apabila semua anggota kelompok telah menyetujui keputusan yang akan diambil.

G.      Langkah-Langkah Menjadi Pembuat Keputusan Yang Baik
Secara formal dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai pilihan yang didasarkan atas kriteria tertentu mengenal alternatif kelakuan tertentu daripada dua buah altenatif atau lebih. Dan langkah-langkahnya yaitu:[12]

1.        Waspadalah terhadap petunjukk-petunjuk yang menunjukkan perlu diambilnya sesuatu keputusan.
2.        Ambillah waktu cukup (tanpa gangguan guna memikirkan serta merefleksi hal-hal yang akan diputuskan.
3.        Tetapkanlah prioritas-prioritas untuk keputusan-keputusan yang berbeda-beda.
4.        Pisahkan diri saudara sendiri dari problem yang dihadapi dan jawablah pertanyaan: bagaimanakah orang lain memutuskan persoalan ini?
5.        Tanyalah apakah keputusan yang sedang dipertimbangkan tepat.
6.        Tanyalah apakah Saudara puas dengan diri Saudara sendiri apabila saudara merenungkan apa yang merupakan akibat keputusan Saudara.
7.        Usahakan adanya keputusan-keputusan tambahan apabila hal tersebut diperlukan.
8.        Gunakanlah waktu cukup untuk mengambil sesuatu keputusan; merenungkan subyek yang dihadapi merupakan suatu alat guna mencegah pengambilan keputusan secara impulsif. Tetapi sebaliknya janganlah terlampau banyak bertele-tele. Hingga timbul kebingungan dan tidak dapat dilakukan tindakan defenitif.

BAB III
KESIMPULAN

A.      Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
2. Sifat Dasar Pengambilan keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan.
3. Jenis-jenis keputusan menurut Herbert  A. Simon terbagi menjadi dua Keputusan yang Diprogram ( Programmed decisions dan Keputusan yang Tidak Diprogram ( Non programmed decisions .
4. Proses pengambilan keputusan terdapat tiga langkah yaitu penelitian, desain, dan pemilihan.

B.   Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari siapapun datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya.
Amin ya robbal a’lamiiin.






DAFTAR PUSTAKA


Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.
Fadhli,M. & M.Rifa’i. 2013. Manajemen Organisasi. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Winardi, & George R. Terry. 1986. Asas-Asas Menejemen. Bandung: Penerbit Alumni.
B.Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sayles,R. Leonard & George Strauss. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta Pusat: CV Teruna Grafica.



[1]Husaini Usman, Manajemen. ( Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2011), Cet III, hlm. v.
[2] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi. ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2013 ), Cet.I, hlm.156
[3] George R. Terry  & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986).  hlm. 112
[4] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[5] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[6] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[7] B.Siswanto, Pengantar Manajemen. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005 ), Cet I, hlm 171
[8] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[9] Siswanto, Pengantar Manajemen. , hlm 173
[10] Siswanto, Pengantar Manajemen. , hlm 173
[11] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 406
[12] George R. Terry  & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986).  hlm. 126