Pengambilan
Keputusan
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Manajemen
Organisasi
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok
1
An-nisa
Eko Susanto
Ratna Sari Lubis
Wanda Lestari
Dosen Pembimbing:
Fitri Hayati,S.E.MA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan kesempatan dalam
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam marilah kita kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita kearah yang terang benderang yang disinari
iman dan Islam.
Terima
kasih kami ucapkan kepada Ibu Fitri
Hayati,S.E.MA yang merupakan dosen pada mata kuliah Manajemen Organisasi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pemakalah
mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami ini
kedepannya.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca dan terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan.
Medan, 22
Maret 2014
Hormat Kami
Pemakalah
Pemakalah
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengambilan Keputusan.................................................... 3
B. Sifat Dasar Pengambilan Keputusan.................................................. 4
C. Konsepsi
Dasar Pengambilan Keputusan ........................................... 5
D. Proses
Pengambilan Keputusan........................................................... 7
E. Gaya
Pengambilan Keputusan Manajemen ......................................... 8
F. Metode
Keputusan ............................................................................ 10
G.
Langkah-Langkah Menjadi Pembuat Keputusan Yang Baik ........... 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ...................................................................................... 14
B.
Saran ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan
keputusan sering kita lakukan dalam keseharian, tetapi terkadang tidak kita
sadari. Banyak keputusan yang harus di ambil setiap hari, tetapi kadang-kadang
satu hari hanya satu keputusan kita buat, tergantung keperluannya. Membuat
keputusan dan pemecahan masalah merupakan salah satu peranan yang harus di
mainkan setiap leader dan manajer. Semua fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Perubahan
situasi dan kondisi yang sangat cepat menjadi factor yang harus di
pertimbangkan menajemen yang mendorong manajer untuk mampu membuat sejumlah
keputusan dalam waktu yang tepat dan cepat. Untuk mampu mengimbangi cepatnya
perubahan waktu, seorang manajer harus sanggup menghadapi minimal tiga tantangan, yaitu keadaan yang sangat kompleks, keadaan yang
tidak menentu, dan tuntutan untuk dapat bertindak luwes.
Kualitas
suatu keputusan merupakan cermin dari daya pikir manajer. Oleh karna itu,
berpikir dalam hubungannya dengan mengambil keputusan dan memecahkan
masalah harus di usahakan agar tidak
tersesat ke jalan yang tidak efektif dan efisien.[1]
Oleh karena itu, boleh
dikatakan bahwa setiap organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat
keputusan yang memungkinkan organisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan
utama anggota organisasi. Pemimpin organisasi mempermudah proses membuat
keputusan dan juga mempermudah komunikasi keputusan kepada semua anggota
organisasi dan kepada masyarakat.
Dijelaskan
oleh Adair bahwa : “the essence of
management is decision making”. Artinya esensi yang sesungguhnya dari
manajemen adalah pengambilan keputusan. Karena itu teori pengambilan keputusan
perlu dipelajari dan dipahami oleh para manajer yang ingin berhasil dalam
mengelola organisasi.
Bagaimanapun
seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya memiliki esensi
pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan semuanya mengandung konsep dan perilaku pengambilan keputusan.
Dengan kata lain, esensi dari kegiatan manajer di dalam menjalankan manajemen
pada sebuah organisasi bertitik tolak dan berintikan pengambilan keputusan.
Karena pengambilan keputusan pada kegiatan perencanaan dimulai dari menentukan
visi, misi, sasaran, strategi dan tujuan organisasi dalam proses perencanaan
strategic. Begitu pula halnya dalam perencanaan operasional, seorang manajer
menengah dan rendah juga harus mengambil keputusan mengenai cara kerja yang
harus ditempuhnya dalam mencapai tujuan. Di dalam pelaksanaan program inilah
dperlukan adanya kegiatan mengorganisasikan sumberdaya personil yang
diperlukan, sumberdaya material, barang, uang dan lingkungan diperlukan agar
kegiatan dapat terlaksana.
Dengan
demikian harus ditentukan manajer, siapa yang bertanggung jawab dalan bidang
apa dia mengerjakan kegiatan atau program/proyek. Untuk itu haruslah disusun
struktur organisasi sebagai kelengkapannya, dibuat tugas-tugas dan tanggung
jawab setiap personil. Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi maka
direncanakan pula kualifikasi sumberdaya personil yang diperlukan dan
diputuskanlah berapa tenaga yang dibutuhkan. Keseluruhan proses ini mengandung
pengambilan keputusan sejak dari rekrutmen, penempatan, pelatihan, pengembangan
dan lain-lain. Agar supaya para pegawai dan personil lainnya bekerja, maka
manajer juga mengambil keputusan proses memotivasi mereka, yaitu dengan membagi
tugas dan prosedur kerja, menentukan gaji, insentif, bonus, disiplin kerja,
hukuman, reward dan lain sebagainya.
Bahkan
pengawasan juga memiliki tindakan pengambilan keputusan melalui menetapkan
teknik pengawasan fungsional atau struktural dari para manajer. Tak terkecuali
jenis pengawasan harus menjadi bahagian dari proses manajemen dan pengambilan
keputusan dari keseluruhan organisasi.[2]
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan senantiasa berkaitan dengan sebuah problem atau kesulitan. Melalui
sesuatu keputusan dan penerapannya, orang mengharapkan bahwa akan dicapai
sesuatu pemecahan atas problem tersebut atau penyelesaian konflik.
Secara
harfiah pengambilan keputusan berarti me-motong (atau me-mutuskan atau secara
praktis mencapai sesuatu kesimpulan). Dalam kamus Webster hal ini tersebut dinyatakan sebagai tindakan menentukan
sesuatu pendapat atau langkah-langkah tindakan.[3]
Banyak
defenisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Sebagaimana Winardi
mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya
kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan altenatif (atau lebih).
Pendapat
lain dikemukakan Mondy dan Premeaux bahwa: “decision
making is the process of generating and evaluating altenatives and making
choise among them’’. Pendapat ini menjelaskan bahwa pengambilan keputusan
merupakan proses pengajuan dan evaluasi beberapa altenatif serta membuat
pilihan di antara beberapa alternatif yang ada.
Morphet mengatakan,
bahwa jenis keputusan yang dibuat mempengaruhi level pembuatan keputusan,
proses membuat keputusan dan pelaksanaan keputusan setelah keputusan tersebut
dibuat.
Ivancevic
dan Matesson, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu:[4]
1. Keputusan
terprogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya
bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terprogram dalam memecahkan
masalah. Maka keputusan terprogram adalah untuk memperluas kemampuan organisai
dalam memechkan masalah dengan adanya informasi yang yang mencukupi.
2. Keputusan
tidak terprogram tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi
tidak tidak terstruktur. Tidak ada ada prosedur yang tersusun bagi menangani
masalah, juga sebab tidak ada secara benar-benar sama masalah sebelumnya
sehingga sangat rumut dan penting penting sekali.
B. Sifat Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau
manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu semua pekerjaan.
Dengan kata lain, rangakaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang
pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi
kelompok, kelompok, unit atau individu. Bagaimanapun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya adalah
diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak
masa depan suatu organisasi. Dengan adanya keputusan-keputusan strategis,
seperti; penambahan pegawai karena jumlah pekerjaan semakin banyak, dan
pembukaan cabang baru, karena pendistribusian semakin gencar, dll.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului
pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan
akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau
mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan.
Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa
depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi.
Berkenaan dengan hal ini, Adair menjelaskan bahwa; “Inany management situation, a decision or series of decision must
precede implementation”.
Oleh sebab itu sebuah
organisasi atau perubahan baru akan berhasil, pertama sekali adalah memerlukan
keputusan yang berkualitas tinggi, penuh perhitungan, keberanian dan informasi
yang pasti kebenarannya. Ditegaskannya, bahwa: “the first requirement for success in any enterprise, then is high
quality management decision”.[5]
C. Konsepsi Dasar Pengambilan
Keputusan
Para ilmuan perilaku
organisasi, ahli penelitian operasional, dan manajer berpendapat bahwa dalam
suatu organisasi, sebagian besar para bawahan menginginkan kesempatan untuk di
libatkan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berpendapat bahwa peran
peran serta yang meningkat dalam keputusan, memiliki dampak meningkatnya
keterkaitan mereka pada organisasi, kepuasan pekerjaan, pertumbuhan, dan
perkembangan pribadi, serta penerimaan inovasi. Cara manajer memengaruhi para
bawahan lebih berdasarkan tukar fikiran dan kerja sama dari pada berdasarkan
otoritas.
Selain menyebabkan
kepuasan yang lebih besar dari bawahan, dan sebagai dampaknya adalah usaha yang
lebih besar, produktivitas kerja, serta efektivitas yang lebih tinggi. Para
pendukung pandangan tersebut memiliki
alasan tambahan atas keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan. Ditunjukkan
bahwa beberapa permasalahan yang di hadapi oleh organisasi makin bertambah
kompleks, memerlukan pengetahuan dalam bidang yang canggih, dan merupakan
bentuk permasalahan yang tidak pernah di hadapi organisasi sebelumnya, baik
bersifat technologi, social, maupun manusiawi.
Pengambilan keputusan
merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan mengenai esensi atas permasalahan
yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi, analisis permasalahan dengan menggunakan fakta dan data, mencari
alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga di temukan
alternatif yang paling rasional dan penilaian atas keluaran yang di capai.
Pengambilan keputusan
adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam usaha
memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan berbagai
alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan
organisasi. Jadi, mengambil keputusan berarti memilih dan menetapkan satu
alternatif yang dianggap paling menguntungkan dari beberapa alternatef yang di
hadapi. Alternatif yang di tetapkan merupakan keputusan. Kualitas dari
keputusan yang diambil tersebut merupakan
standar dari efektifitas mereka.
Analisis yang
sistematis mengenai pengambilan keputusan terkenal dengan nama teori keputusan.
Teori keputusan berakar kuat dalam bidang statistika dan ilmu perilaku serta
memiliki tujuan sebagai pengambilan keputusan dalam ilmu tersebut bukan hanya
sebagai kiat saja. Pada pertengahan abad dua puluhan, para ahli penelitian
operasional, ahli statistika, ahli computer dan ahli pelaku berusaha
mengidentifikasikan elemen dalam pengambilan keputusan. Hal itu dapat
memberikan kerangka kerja bagi menejer sebagai pengambil keputusan untuk
memungkinkan mereka secara lebih efektif menganalisis lingkungan yang rumit
serta mengandung berbagai macam alternatif serta konsekuensi yang mungkin.
Herbert A. Simon mengatakan, bahwa Ia telah
mengembangkan klasifikasi jenis keputusan yang berbeda, yaitu keputusan yang diprogram
( programmed decisions ) dan keputusan yang tidak diprogram ( nonprogammed decisions ) seperti yang
telah dibahas juga di bahas diatas, yaitu:
1. Keputusan
yang Diprogram ( Programmed decisions )
Keputusan dapat diprogramkan sejauh
keputusan tersebut berulang dan rutin serta telah di kembangkan prosedur
tertentu untuk menanganinya. Contohnya:[6]
keputusan kenaikan kelas peserta didik, keputusan pengangkatan, keputusan
penetapan gaji pegawai baru, keputusan
pensiun, dan sebagainya.
2. Keputusan
yang Tidak Diprogram ( Non programmed
decisions )
Suatu keputusan tidak diprogram
manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Oleh karena keputusan
tersebut memiliki karasteristik demikian maka tidak ada prosedur yang pasti
untuk menangani permasalahan. Hal ini disebabkan tidak timbul dengan cara yang
persis sama dengan sebelumnya atau karena permasalahan tersebut rumit atau
bahkan luar biasa urgensinya sehingga keputusan tersebut memerlukan manajemen
yang spesifik. Keputusan yang tidak diprogram harus diidentifikasi dengan tepat
karena jenis pengambilan keputusan sering kali memerlukan alokasi dana yang
sangat besar. Keputusan yang tidak diprogrma secara tradisional telah ditangani
dengan proses pemecahan umum, pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Namun,
manajemen modern belum banyak kemajuan dalam meningkatkan pengambilan keputusan
yang tidak diprogram dibandingkan dengan kemajuan dalam pengambilan keputusan
yang diprogram.[7]
Contohnya:[8]
keputusan lembaga baru, keputusan terjadinya musibah kebakaran, kebanjiran,
robohnya sekolah, dan sebagainya.
D. Proses
Pengambilan Keputusan
Keputusan yang telah
ditetapkan oleh manajer bukanlah tujuan organisasi, keputusan tersebut lebih
tepat dilaksanaknan sebagai cara yang tepat untuk merealisasikan tujuan.
Keputusan sebenarnya merupakan suatu tanggapan keorganisasian terhadap suatu
permasalahan. Setiap keputusan adalah keluaran dari proses dinamis yang
dipengaruhi oleh kekuatan yang banyak sekali. Herbert A.Simon mengajukan model
yang bermanfaat sebagai dasra dalam proses pengambilan keputusan. Model yang
diajukan terdiri atas tiga tahap pokok, yaitu:[9]
1.
Penelitian,
yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Data
mentah diperoleh, diolah , dan diuji untuk dijadikan arah tindakan yang dapat
mengidentifikasikan perrmasalahan.
2.
Desain,
yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
Aktivitas ini meliputi proses untuk memahami permasalahan, menghasilkan
pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3.
Pemilihan,
yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.
E. Gaya Pengambilan Keputusan
Manajemen
Faktor penting dalam
proses pengambilan keputusan adalah permasalahan yang harus dihadapi. Dalam
kehidupan organisasi mutlak di perlukan kemampuan untuk melihat, mengenal, dan
mengedintifiksai permasalahan, dipandang dari segi pengambilan keputusan,
manakala pihak tertentu khususnya manajer memiliki tujuan yang jelas dan yang
sedang diusahakannya.
Untuk merealisasikan
tujuan, aktivitas perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu secara sederhana
maupun rumit sehingga timbul aktivitas yang efektif dengan rencana tertentu
sebagai standar melakukan aktifitas dalam organisasi.
Terjadinya penyimpangan
dari rencana yang telah di tetapkan merupakan salah satu contoh suatu
permasalahan yang ada dalam organisasi dan memerlukan aktivitas pengambilan
keputusan.Manajer karena otoritasnya dalam suatu organisasi dipenuhi dengan
serangkaian pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif tindakan dalam
penyelesaian permasalaahn yang dihadapi. Pengambilan keputusan merupakan
komponen aktivitas manajer, terutama apabila manajer manajer tersebut
menjalankan perencanaan. Dalam proses perencanaaan tersebut manajer menetapkan
tujuan organisasi, sumber daya yang akan digunakan, dan bawahan mana yang akan
menjalankan setiap tugas yang telah di tetapkan.
Manajer dalam pengambilan
keputusan dapat berperan dalam berbagai macam gaya. Pada beberapa organisasi
seringkali terdapat variasi gaya pengambilan keputusan manajemen antara stu
manajer dengan menejer lain. Gaya manajer dalam mengambil keputusan akan banyak
di warnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilaku ,
pengalaman dan sejenisnya.
Secara umum gaya
pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai berikut:[10]
1. Manajer
mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia
pada waktu tertentu.
2. Manajer
memeperoleh informasi yang diperlukan dari pada bawahan dan kemudian menetapkan
keputusan yang dipandang relevan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah
lebih, dalam hal informasi yang diperlukan kepada manajer daripada rumusan atau
penilaian alternatif.
3. Manajer
membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan bawahan secara
individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan bawahan
sebagai suatu kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau
tidak dapat mencerminkan masukan atau intuisi maupun anspirasi para bawahan.
4. Manajer
membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan tersebut dalam suatu
konferensi atau pertemuan kelompok. Keputusan yang diambil dapat atau tidak
mencerminkan masukan dan aspirasi para bawahan.
5. Manajer
membicarakan situasi keputusan dengan bawahan sebagai suatu kelompok dan
kelompok menyusun serta menilai alternative. Manajer tidak bermaksud untuk
mempengaruhi para bawahan dan berkeinginana untuk menerima implementasi serta
merealisasikan setiap keputusan hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan
(Manager) sebagai seorang yang harus melakukan pengambilan keputusan harus
memenuhi berbagai criteria dasar, terutama syarat intelektual dan mental.
Menejer harus mampu membedakan antara tanggung jawab untuk mengambil keputusan
dengan tanggung jawab untuk menjalankan keputusan.
Dalam organisasi,
sering kali timbul keputusan untuk membentuk pusat penyimpangan informasi.
Organisasi besar biasanya memiliki pusat informasi yang sekaligus mendukung
pusat-pusat keputusan. Pusat keputusan berkaitan antara satu yang lainnya
dengan mengikuti struktur organisasi. Dengan demikian, semacam jaringan
keputusan dengan dibayangi sebagai penunjang oleh system jaringan informasi
melalui jaringan komunikasi.
F. Metode
Keputusan
Pengamatan proses
pengambilan keputusan dalam kelompok diarahkan pada cara atau metode dalam
mengambil keputusan. Suatu metode belum tentu lebih baik dibandingkan metode
lainnya. Setiap metode mempunyai kegunaannya sendiri-sendiri tergantung pada
kelompoknya, waktu yang tersedia, dan fasalitas yang ada. Berikut disajikan
enam metode pengambilan keputusan.[11]
1.
Keputusan Yang Kurang Tanggapan
Metode ini banyak digunakan
sekaligus merupakan metode yang biasanya kurang di perhatikan. Seseorang
mengemukakan suatu saran dan sebelum didiskusikan. Orang lain mengusulkan
gagasan lain. Prosesnya berulang dengan sendirinya sehingga akhirnya kelompok
mendapatkan beberapa gagasan. Semua gagasan telah menjadi keputusan bersama.
Tanpa pertimbangan atau pengulasan. Sering terjadi dalam suatu konferensi ada saran
yang tidak pernah dipertimbangkan untuk didiskusikan.
2.
Keputusan Dengan Otoritas
Suatu metode yang efisien jika
pimpinan sidang atau rapat mendengarkan secara seksama gagasan anggotanya.
Gagasan yang disampaikan didiskusikan, pimpinan mendengarkan dengan baik.
Setelah pimpinan mendapatkan informasi yang cukup, ia kemudian memutuskan
dengan menggunakan otoritasnya.
3.
Keputusan Minoritas
Keputusan minoritas terjadi jika
satu atau dua anggota kelompok dapat mengatasi anggota kelompok lainnya.
Penyebabnya ialah karena yang minoritas
tersebut memiliki enam kekuasaan.
4.
Keputusan Mayoritas.
Keputusan mayoritas merupakan
metode pengambilan keputusan yang paling banyak di kenal orang di Negara yang
menerapkan system demokrasi. Keputusan di adakan dengan cara pemungutan suara.
Suara terbanyak adalah pemenangnya. Kelemahan metode ini adalah pemungutan
suara cenderung mengarah kepada pembentukan koalisi sehingga ada minoritas yang
di kalahkan.
5.
Keputusan Konsensus
Keputusan konsensus merupakan
metode yang banyak menyita waktu karena memberikan kesempatan kepada semua
anggota kelompok untuk berkonsensus.
6.
Keputusan Bulat
Metode ini yang paling ideal,
tetapi sulit direalisasikan. Keputusan ini terjadi apabila semua anggota
kelompok telah menyetujui keputusan yang akan diambil.
G. Langkah-Langkah Menjadi Pembuat
Keputusan Yang Baik
Secara formal dapat
dikatakan bahwa pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai pilihan yang
didasarkan atas kriteria tertentu mengenal alternatif kelakuan tertentu
daripada dua buah altenatif atau lebih. Dan langkah-langkahnya yaitu:[12]
1.
Waspadalah terhadap petunjukk-petunjuk
yang menunjukkan perlu diambilnya sesuatu keputusan.
2.
Ambillah waktu cukup (tanpa gangguan
guna memikirkan serta merefleksi hal-hal yang akan diputuskan.
3.
Tetapkanlah prioritas-prioritas untuk
keputusan-keputusan yang berbeda-beda.
4.
Pisahkan diri saudara sendiri dari
problem yang dihadapi dan jawablah pertanyaan: bagaimanakah orang lain memutuskan persoalan ini?
5.
Tanyalah apakah keputusan yang sedang
dipertimbangkan tepat.
6.
Tanyalah apakah Saudara puas dengan diri
Saudara sendiri apabila saudara merenungkan apa yang merupakan akibat keputusan
Saudara.
7.
Usahakan adanya keputusan-keputusan
tambahan apabila hal tersebut diperlukan.
8.
Gunakanlah waktu cukup untuk mengambil
sesuatu keputusan; merenungkan subyek yang dihadapi merupakan suatu alat guna
mencegah pengambilan keputusan secara impulsif. Tetapi sebaliknya janganlah
terlampau banyak bertele-tele. Hingga timbul kebingungan dan tidak dapat
dilakukan tindakan defenitif.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
1. Pengambilan
keputusan adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam
usaha memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan
berbagai alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan
organisasi.
2. Sifat Dasar Pengambilan keputusan akan tetap menjadi sebuah
tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal
tolak semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa
kemajuan, pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah
dalam mengambil keputusan.
3. Jenis-jenis keputusan menurut Herbert A. Simon terbagi menjadi dua Keputusan yang
Diprogram ( Programmed decisions dan
Keputusan yang Tidak Diprogram ( Non
programmed decisions .
4. Proses pengambilan keputusan terdapat tiga
langkah yaitu penelitian, desain, dan pemilihan.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon
dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari
siapapun datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca
lainnya.
Amin ya robbal a’lamiiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.
Fadhli,M. & M.Rifa’i. 2013. Manajemen Organisasi. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Winardi, & George R. Terry. 1986. Asas-Asas Menejemen. Bandung: Penerbit
Alumni.
B.Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sayles,R. Leonard & George Strauss. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta Pusat: CV
Teruna Grafica.
[1]Husaini Usman, Manajemen. ( Jakarta Timur: PT Bumi Aksara,
2011), Cet III, hlm. v.
[2] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi. ( Bandung: Cita
Pustaka Media Perintis, 2013 ), Cet.I, hlm.156
[3] George R. Terry & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986). hlm. 112
[4] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[5] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[6] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[7] B.Siswanto, Pengantar Manajemen. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005 ), Cet I, hlm
171
[8] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[9] Siswanto, Pengantar Manajemen. , hlm 173
[10] Siswanto, Pengantar Manajemen. ,
hlm 173
[11] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 406
[12] George R. Terry & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986). hlm. 126