BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periodesasi perkembangan adalah pembagian
seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu, dengan
hal itu maka kami ingin membahas dan ingin memaparkan tentang hal-hal yang
terjadi dalam periodesasi pada perkemabangan baik secara Biologis, Didaktis,
serta Psikologis. Yang mana hal itu masih belum di ketahui oleh banyak orang di
karenakan kurangnya pengetahuan serta pemahaman mengenai hal tersebut.
Diharapkan dengan disajikannya makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan terhadap periodesasi perkembangan.
B. Rumusan Masalah
1. Periodesasi Biologis
2. Periodesasi Sosial
3. Periodesasi Psikologis
4. Periodesasi Didaktis / Peadagogis
5. Aspek-aspek perkembngan
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Periodesasi Biologis
2. Untuk mengetahui Periodesasi Sosial
3. Untuk mengetahui Periodesasi Psikologis
4. Untuk mengetahui Periodesasi Didaktis / Peadegogis
5 Untuk
mengetahui Aspek-aspek perkembngan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Periodesasi Pekembangan
Periodisasi berasal dari bahasa Indonesia yang
artinya lingkaran waktu.(Kamus Umum Bahasa Indonesia:740). Yang di maksud
dengan Periodesasi yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke
dalam periode-periode tertentu. Sedangkan peskembangan adalah menunjukan suatu
proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak di ulang
kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi peruban-perubahan yang sedikit
banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Jadi yang dimaksud periodisasi
perkembangan adalah suatu tahapan perkembangan dari masa pranatal sampai masa
dewasa akhir.
B. Periodesasi Biologis
Yang dimaksud periodesasi berdasarkan biologis
adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses
pertumbuhan biologis anak. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pertumbuhan
biologis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan seorang anak.
Pembagian masa perkembangan menjadi
periode-periode tertentu, berdasarkan gejala berubahnya struktur fisik seseorang.
Dengan kalimat lain, periodesasi yang disusun berdasarkan proses biologis
tertentu.
Berdasarkan surah Al-Mu’Minun ayat 12-14:
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.” (Q.S. Al-Mu’Minun : 12-14)
Para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya
pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Dalam hal ini ada beberapa
ahli dengan masing-masing pendapat mereka sebagai berikut:
1. Menurut Aristoteles
la membagi masa perkembangan seseorang menjadi
3 periode, yakni sebagai berikut:
Ø Umur 0 -7
tahun, disebut fase anak kecil atau masa bermain. Fase ini diakhiri dengan
pergantian gigi.
Ø Umur 7-14
tahun, disebut fase anak sekolah atau masa belajar yang dimulai dari tumbuhnya
gigi. Periodesasi perkembangan baru dan diakhiri ketika kelenjar kelamin mulai
berfungsi.
Ø Umur 14 -21
tahun, disebut fase remaja atau masa pubertas, yakni masa peralihan antara
kanakkanak dan masa dewasa. Periode ini dimulai sejak berfungsinya kelenjar
kelamin sampai seorang anak memasuki usia dewasa.
2. Menurut Maria Montessori
Dalam menentukan periodesasi perkembangan, Maria
Montessori mendasarkan atas kebutuhan vital seseorang, yang menurutnya ditandai
dengan usaha menyibukkan diri pada hal-hal tertentu. Menurut Motessori,
perkembangan seseorang dapat dibagi menjadi:
Ø Umur 0 -7
tahun, adalah periode penangkapan dan pengenalan dunia luar melalui alat panca
indera.
Ø Umur 7-12
tahun, adalah periode abstrak, di mana anak mulai mampu menilai perbuatan
manusia atas dasar konsepsi baik dan buruk, atau dengan kata lain ia telah
mampu mengabstraksikan nilainilai kehidupan.
Ø Umur 12 -18
tahun, adalah periode penemuan diri dan kepekaan mass social, saat seorang anak
telah menyadari keberadaannya di tengah masyarakat.
Ø Umur 18 tahun
ke atas, adalah periode pendidikan tinggi, saat seseorang telah matang memasuki
alam kehidupan sebagai orang dewasa.
3. Menurut Charlotte Buhler
Dalam hal periodesasi perkembangan, Buhler
mendasarkannya pada kecenderungan seseorang untuk mengenal dan menonjolkan diri
dalam hubungan dengan dunia luar. Selengkapnya, Buhler membagi periode
perkembangan sebagai berikut:
Ø Umur 0 -1
tahun, saat seorang anak mulai menampakkan dirinya untuk diakui oleh dunia
luar. Fase ini antara lain ditandai:
·
Anak bersikap reseptif; artinya bersedia
menerima perangsang dari dunia luar.
·
Tetapi pada saat yang lain ia merasa asing dari
dunia luar.
Ø Umur 1- 4
tahun, saat seorang anak mulai memperluas hubungannya dengan dunia. luar. Fase
ini ditandai oleh:
·
Adanya semangat bermain pada anak-anak.
·
Terjadinya pertumbuhan badan lebih lanjut.
·
Terjadinya perkembangan kemauan yang semakin
jelas.
·
Terjadinya krisis pertama, mass degil, mass
menentang.
Ø Umur 4 - 8
tahun, saat seorang anak secara intensif mulai menjalin hubungan pribadi dengan
lingkungan social. Antara lain, fase ini ditandai dengan:
·
Peralihan dari semangat bermain ke semangat
bekerja.
·
Seorang anak telah dapat bersikap obyektiE
·
Pada diri anak mulai tumbuh rasa tanggung
jawab.
Ø Umur 8 - 13
tahun, saat seorang anak tengah memuncak minatnya untuk mengenal dunia obyektif
dan kesadaran mengenal "aku" nya. Ciriciri mass ini, antara lain
ialah:
·
Terjadinya pertumbuhan badan yang subur.
·
Krisis terhadap diri sendiri, seperti kacau
perasaannya.
·
Terjadinya krisis kedua, yang sering disebut
mass pancaroba, mass strum and drunk
Ø Umur 13 -19
tahun, saat seorang anak mencapai kematangan dan kesadaran penuh akan
keberadaan dirinya di tengah masyarakat. Fase ini, antara lain ditandai oleh:
·
Kesadaran diri anak semakin kokoh.
·
Saat terbentuknya pandangan dan tujuan hidup
seseorang.
C. Periodesasi sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan
diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan
lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang
kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut
sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja
untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan
masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini
berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman
sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan
misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain.
D. Periodesasi Didaktis / peadegogis
Maksudnya adalah pembagian periode perkembangan
atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan cara pendidikan untuk anak-anak pada
masa tertentu.Yang dimaksud tinjauan ini adalah dari segi
keperluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan anak didik pada masa-masa
tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk
diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tersebut. Adapun
hadist yang menyetakan tentang didaktis adalah:
“Didiklah anakmu. Sebab engkau bertanggung jawab
atasnya: apa yang telah engkau didikkan kepadanya? Apa yang telah engkau
ajarkan kepadanya? Ia akan bertanggung jawab untuk berbakti dan taat kepadamu.”
(Hadist Riwayat Ibnu Umar r.a)
Jelasnya periodesasi didaktis disusun dalam
kaftan dengan usaha pendidikan. Dalam hal ini dapat dikemukakan rumusan sebagai
berikut:
Ø Menurut Johann
Amos Comenius
Berdasarkan tingkat sekolah yang dimasuki
kanak-kanak, bagi Comenius, periodesasi perkembangan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Periodesasi Perk: .hangar,
·
Urnur 0-6 tahun, masa scola maternal, sekolah
ibu.
·
Umur 6-12 tahun, masa scola vermacula, sekolah
yang memakai pengantar bahasa ibu.
·
Umur 12-18 tahun, masa scola Latina, sekolah
yang memakai pengantar bahasa Latin.
·
Umur 18-24 tahun, masa academia, saat seseorang
memasuki perguruan tinggi
Ø Menurut Jean
Jacques Rousseau
Dengan berpangkal pada tiga prinsip:
perkembangan, aktifitas murid, dan individualisasi, dalam konsep pendidikannya,
Rousseau membagi masa perkembangan sebagai beriut:
·
Umur 0-2 tahun, disebut masa asuhan.
·
Umur 2-12 tahun, masa pendidikan jasmani dan
latihan panca indera.
·
Umur 12-20 tahun, masa pembentukan watak dan
pendidikan agama.
Ø Menurut
Undang-undang pokok pendidikan
Jenjang pendidikan di Indonesia menurut UndangUndang
Pokok Perididikan No. 4 tahun 1950 pasal 6, adalah sebagai berikut:
·
Pendidikan tingkat taman kanak-kanak
·
Pendidikan tingkat sekolah dasar.
·
Pendidikan tingkat sekolah menengah
·
Pendidikan tingkat perguruan tinggi.
Dilihat dari usia seseorang, maka pembagian
tersebut menimbulkan rumusan periodesasi perkembangan sebagai berikut:
·
Umur 0 - 6 tahun, masa taman kanak-kanak
·
Umur 6 - 12 tahun, masa sekolah dasar.
·
Umur 12 - 18 tahun, masa sekolah menengah.
·
Umur 18 - 24 tahun, masa perguruan tinggi.
Agaknya, untuk kalangan Indonesia, walaupun
periodesasi semacam ini berorientasi kepada kepentingan didaktif atau
pendidikan pada umumnya, tetapi bisa dipergunakan dalam studi ilmu jiwa
perkembangan. Oleh karena, tidak ada kepentingan lain yang lebih utama, dari
pada pemanfaatan ilmu jiwa perkembangan bagi keberhasilan usaha pendidikan. Di
samping, pembagian semacam ini mudah ditangkap dan dipahami oleh masyarakat
lugs, mengingat pangkal tolaknya cukup dimaklumi dalam kehidupan sehari-hari.
E. Periodesasi Psikologis
Periodesasi psikologis, maksudnya adalah
pembagian masa perkembangan atas dasar keadaan dan ciri-ciri khas kejiwaan anak
pada periode tertentu. Para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak,
berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan
pada sudut biologis atau didaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan
kejiwaan dalam kedudukannya yang murni. Pembagian semacam ini, antara lain
ialah:
1. Menurut Oswald Kroh
Dengan menitikberatkan terjadinya kegoncangan
psikis pada diri seseorang. Kroh menyusun periodesasi perkembangan sebagai
berikut:
·
Umur 0 - 3 tahun, disebut masa trots
(kegoncangan) pertama, atau masa kanak-kanak awal.
·
Umur 3 - 13 tahun, disebut masa trots kedua,
yaitu masa keserasian anak untuk memasuki sekolah.
·
Umur 13 - akhir remaja, disebut masa trots
ketiga, atau masa kematangan seseorang.
2. Menurut J. Havighurst
Berpangkal dari analisis perubahan psikis
seseorang, menurut Havighurst,• periodesasi perkembangan dapat
disusun sebagai berikut:
·
Umur 0 - 6 tahun, adalah masa infancy and early
childhood, masa bayi dan masa anak kecil.
·
Umur 6 - 12 tahun, adalah masa middle
childhood, masa kanak-kanak, atau masa sekolah.
·
Umur 12 - 18 tahun, adalah masa adolescence,
atau masa remaja.
·
Umur 18 - 30 tahun, adalah masa early
adulthood, yaitu masa dewasa awal.
·
Umur 30 - 50 tahun, adalah masa middle age,
atau masa setengah baya, masa dewasa lanjut.
·
Umur 50 tahun kekerasan atas, adalah masa old
age, yaitu masa lanjut usia, atau masa tua.
3. Menurut Kohnstamm
Dengan menitikberatkan terjadinya perubahan
psikis pada seseorang, Khonstamm menyusun periodesasi perkembangan sebagai
berikut:
ü Umur 0 - 1
tahun, periode vital atau masa menyusu.
ü Umr 1- 6 tahun,
periode estetis atau masa mencoba dan masa bermain.
ü Umur 6 - 12
tahun, periode intelektual atau masa sekolah.
ü Umur 12 - 21
tahun, periode social atau masa pemuda dan masa adolescence.
ü Umur 21 tahun
kekerasan atas, periode dewasa atau masa kematangan fisik dan psikis seseorang.
Dengan memperhatikan periodesasi yang
dikemukakan oleh para ahli di atas baik yang ditinjau dari segi biologis,
sosial didaktis / peadegogis, dan psikologis, maka dalam makalah ini
dibuat urut-urutan periode tersebut, sebagai berikut :
Ø Masa Intra
Uterin (masa dalam. kandungan)
Ø Masa Bayi
Ø Masa Anak Kecil
Ø Masa Anak
Sekolah
Ø Masa Remaja
F. Aspek-aspek perkembangan
1. Aspek Fisik
Fisik manusia adalah sistem organ yang kompels
dan sangat mengagumkan.Semua organ ini terbentuk dimulai dari periode
pranatal.Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik
eksternal (tangan,kaki,badan) yang makin membesar,memanjang,melebar,atau makin
tinggi.Selain itu perubahan internal ditandai dengan makin matangnya sistem
syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompels,sehingga mampu meningkatkan
kapasitas hormon,kelenjar maupun keterampilan motoriknya.
Dalam pembahasan perkembangan fisik ini,Kuhlen dan Thompson (Hurlock,1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek,yaitu:
a. Sistem syaraf,yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi.
b. Otot-otot,yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
c. Kelenjar endokrin,yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan,yang sebagaian anggotanya terdiri atas lawan jenis.
d. Struktur fisik tinggi,berat,dan fisik/tubuh,yang meliputi tinggi,berat,dan proporsi.
b. Otot-otot,yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
c. Kelenjar endokrin,yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan,yang sebagaian anggotanya terdiri atas lawan jenis.
d. Struktur fisik tinggi,berat,dan fisik/tubuh,yang meliputi tinggi,berat,dan proporsi.
Otak adalah
salah satu aspek fisiologis yang sangat penting bagi kehidupan manusia,karena
itu otak sangat menentukan bagi perkembangan individu lainnya,baik itu
keterampilan motorik,intelektual,emosional,sosial,moral maupun
kepribadian.Pertumbuhan otak yang normal (sehat) berpengaruh positif bagi
perkembangan aspek-aspek lainnya.Sedangkan apabila pertumbuhannya tidak normal
(karena pengaruh penyakit atau kurang gizi) cenderung sakan menghambat perkembangan
aspek-aspek tersebut.
2. Aspek Kognitif
2. Aspek Kognitif
Optimalisasi
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh kematangan fisiologis,terutama pada bayi
maupun anak-anak.Seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan
tangan,kaki maupun kepala secara sadar,berkembang secara memadai.Artinya
kemampuan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis,sehingga
perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
3. Perkembangan
Emosi
Perkembangan
emosi adalah warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau prilaku
individu.Yang dimaksud warna afektif disini adalah perasaan-perasaan tertentu
yang dialami pada saat mengalami suatu situasi tertentu.
Ciri-ciri emosi
adalah:
1) Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa
psikologis lainnya,seperti pengamatan dan berfikir.
2) Bersifat
fluktuatif (tidak tetap)
3) Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.
Pengeleompokan emosi dikelompokan kedalam dua bagian:
Pengeleompokan emosi dikelompokan kedalam dua bagian:
a) Emosi
sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh,seperti rasa dingin,manis,sakit,lelah,kenyang dan lapar.
b) Emosi psikis
yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini
adalah:PerasanIntelektual,perasaan,sosial,perasaan,susila,perasaan,keindahan,
perasaan ketuhanan.
4. Perkembangan
Bahasa
Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.Bahasa yaitu faktor
hakiki yang membedakan manusia dan hewan.Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan berfikir individu,perkembangan individu terlihat dari perkembangan
bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian,menyusun pendapat,dan menarik
kesimpulan.Perkembangan pikiran dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun.Yaitu pada saat
anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata.Laju perkembangan itu sebagai
berikut:
1) Usia 1,6 tahun,anak dapat menyusun pendapat positif,seperrti: “bapak makan”.
2) Usia 2,6 tahun,anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal) seperti: “bapak tidak makan”.
1) Usia 1,6 tahun,anak dapat menyusun pendapat positif,seperrti: “bapak makan”.
2) Usia 2,6 tahun,anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal) seperti: “bapak tidak makan”.
3) Pada usia
selanjutnya anak dapat menyusun pendapat seperti: kritikan,keragu-raguan,dan
menarik kesimpulan analog seperti (anak melihat ayahnya tidur karena sakit,pada
waktu yang lain anak melihat ibunya tidur,dia akan mengatakan bahwa ibu tidur
karena sakit).
5. Perkembangan
Sosial
Perkembangan
sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.Dapat dikatakan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok,moral,dan tradisi.Anak dilahirkan belum bersifat sosial,dia belum
memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.Untuk mencapai kematanagn
sosial,anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang
lain.Kesempatan ini diperoleh dari berbagai kesempatan bergaul dengan orang
dilingkungannya,baik orngtua,saudara,teman sebaya atau orang dewasa lainnya
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial atau norma-norma sosial.Proses bimbingan orangtua ini
lazim disebut sosialisasi.
Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak,karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalamanuntuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan. J.Clausen (Ambron, 1981:221)
Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah penting bagi anak,karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalamanuntuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan. J.Clausen (Ambron, 1981:221)
6. Perkembangan Moral dan Keagamaan
Istilah moral berasal dari kata lain “mos” (Moris),yang
berarti adat istiadat,kebiasaan,peraturan/nilai-nilai atau tatacara
kehidupan.Sedangkan moralitas adalah kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan,nilai-nilai atau prinsif moral.Seseorang dapat dikatakan bermoral
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.Perkembangan moral seseorang banyak
dipengaruhi oleh lingkungannya.
Anak memperoleh
nilai-nilai moral dari lingkungannya,terutama dari orangtuanya.Dalam
mengembangkan moral anak,peranan orangtua sangatlah penting,terutama pada waktu
anak masih kecil.
Perkembanagn
moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara,sebagai berikut:
a. Pendidikan langsung: penanaman tentang tingkah laku yang benar dan salah,atau baik dan buruk oleh orangtua,guru atau orang dewasa lainnya.
a. Pendidikan langsung: penanaman tentang tingkah laku yang benar dan salah,atau baik dan buruk oleh orangtua,guru atau orang dewasa lainnya.
b. Identifikasi:
meniru penampilan atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang
menjadi idolanya (seperti orangtua,guru,kiai,artis,atau orang dewasa lainnya)
c. Proses coba-coba: dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.Tingkah laku yang mendatangkan pujian akan terus dikembangkan.Sementara tingkahlaku yang mendatangkan hukuman akan dihentikan.
c. Proses coba-coba: dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.Tingkah laku yang mendatangkan pujian akan terus dikembangkan.Sementara tingkahlaku yang mendatangkan hukuman akan dihentikan.
c. Perkembangan
Kesadaran Beragama
Manusian
dainugrahi fitrah untuk mengenal Alloh dan melakukan ajaran-Nya.Karena memiliki
fitrah in manusia dijuluki sebagai ‘Homo Devinans”,dan “Homo Religious”,yaitu
makhluk yang bertuhan atau beragama.Proses perkembangan anak beragama sangat bergantung
kepada proses pendidikan yang diterimanya.Hal ini sebagaimana yang telah
dinyatakan oelh Nabi Muhamad SAW: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah,hanya karena orangtuanyalah,anak itu menjadi yahudi,nasrani,atau
majusi”.Hadis ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan (terutama orangtua)
sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan fitrah keberagamaan
anak.Perkembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan
lingkungan.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu
dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembengan, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,
2009
Al-Jaraibah,
Laila Binti Abdurrahman, Dunia Dan Akherat, Surakarta: Dan An-Naba, 2004
Dariyo,
Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga tahun pertama (Psikologi Atitama).
Bandung
Hamdanah,Psikologi
Perkembangan,2009, Malang : SETARA Press
Poedarminta.
1976. Kamus Umum Bahasa indonesia.Jakarta: PN Balai Pustaka
Qur’an dan
Terjemahan, Bandung: Dipenegoro, 2004
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan
Anak & Remaja. Bandung:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar