Rabu, 12 Oktober 2011

makalah metode studi islam


BAB II
AL-QUR’AN
A.Defenisi Al-Qur’an
1.Al-Qur’an menurut bahasa
            Menurut Imam Syafi’i Al-Qur’an bukan isim mustaq (tidak bersal dari akar kata) akan tetapi ia adalah nama asal dan dijadikan sebagai mana atas kalam yang diturunkan kepada nabi Muhammad.Sedangkan menurut Al-Zajjaj lafadz al-Qur’an adalah berasal dari kata Al-qar’u yang berarti menghimpun,karena Al-Qur’an menghimpun intisari dari Kitab-Kitab terdahulu.
            Sedangkan menurut imam Al-liyani lafadz al-Qur’an adalah masdar dan berhamzah yang berasal dari kata qara’a yang artinya membaca.Al-qur’an Disebut dengan yang dibaca adalah penyebutan bagi masdar dan bermakana sesuai isim maf’ul.[1]
2.Menurut Istilah
menurut subhi shaleh dalam bukunya mabnahits fiulum al-qur’an dan Abd.adhim zarkoni dalam bukunya manahil Al irfan serta sya’ban jsmail dalam bukunya ma’al Qur’an Al-karim,Alqur’an ialah:
Al-qur’an ialah firman Allah sebagi muklizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yag ditulis dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita dengan mutawatir dan membacanya mendapatkan pahala.
Sedangkan menurut Muhammad Ali Al Shabuni Al-qur’an ialah firman Allah yang berupa mukjizat yang diturunkan kepada nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan malaikat Jibril yang ditulis dalam Mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir yang dimulai dengan al-Fatihah dan diakhiri Surat An-nas.[2]
           



Al-qur’an Sebagai Sumber Agama Islam
            Bagian ini terdiri atas tiga bagian : petama adalah fungsi Al-qur’an yang kedua Al-Qur’an sebagai Firman Allah Yang ketiga Al-qur’an sebagai ‘ulum al-Qur’an atau Tafsir.
A.Fungsi Al-Qur’qn
            Menurut Subhi Shalih Al-Qur’an berasal dari kata bahasa arab yaitu turunan masdar yang berarti dari isim maf’ul yaitu maqru’ artinya dibaca(al-Qur’an dan Terjemahannya).Pengertian ini diambil dari sifata alqur’an yang difirmankan Allah dalam Al-qur’an (QS.al-Qiyamah ayat 75) Dalam Ayat ini Allah Berfirman :


Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan (didadamu)dan(membuat kamu pandai)membacanya.Apabila kamu telah selesai membacanya maka ikutilah bacaan itu (QS.al-Qiyamah).
Kemudian Kata Al-qur’an dipergunakan kepada nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Saw.Kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi-nabi selain nabi muhammad Saw tidak dinamai Al-qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa dan Zabur kepada Nabi Daud dan Injil Kepada Nabi Isa as.[3]
Sebaian Ulama berpendapat bahwa nama-nama al-Qur’an itu sangat banyak Sehingga dari nama-nama itulah,baik secara langsung atau tidak langsung,memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Qur’an.Fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adala sebagai berikut :
A.     Al-huda (Petunjuk).
Dalam al-Qur’an ada tiga kategori tentang Al-qur’an sebagai petunjuk,pertama petunjuk bagi manusia secara umum seperti di(QS.Al-Baqarah Ayat 185).Kedua Al-Qur’an Sebagai Petunjuk bagi orang yang bertaqwa seperti di (QS.Al-Baqarah ayat 2).ketiga sebagai Petunjuk bagi orang-orang yang beriman seperti di (QS.Yunus ayat 57).


B.     Al-furqan (Pemisah)
Dalam Al-qur’an dikatakan bahwa ia adalah pembeda antara pembeda yang haq dan yang bathil atau antara yang benar dengan yang salah seperti di (QS.Al-baqarah ayat 185)
C.     Al syifa (obat)
Dalam al quran iya berpungsi sebagai obat yang ada didalam dada (penyakit psikologi) seperti didalam al quran (QS.yunus ayat 57)
D.     Al mauisoh (nasehat)
Dalam al quran dikatakan bagi orang-orang bertaqwa bahwa ia sebagai nasihat seperti di (QS.ali imron ayat 138)

Demikian fungsi Al-qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirmankan Allah dalam Al-qur’an.Sedangkan fungsi Al-QUR’AN dari pengalaman dan penghayatan terhadap isinya bergantung pada kualitas ketaqwaan individu yang bersangkutan.Karena bersifat personal,maka pengalaman tersebut hampir dipastikan berbeda-beda meskipun persamaan-persamaan pengalaman itupun tidak dapat diabaikan.Bagi kalangan tertentu misalnya Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai media untuk menjaga diri,dan karena itulah kita sering melihat “isim” atau jimat yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an.[4]
E.Kelebihan Al-Qur’an
            Tentang kelebihan al-qur’an dari sudut yang dibaca atau dibandingkan dengan lembaran lainnya adalah sangat kuatt.Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Al-baihaqi:
“Kelebihan al-Qur’an dari lain-lain perkataan bagaikan kelebihan ar-rahman atas semua makhluknya.(HR.al-baihaqi)”
            Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Al-hakim:
“Siapa yang membaca satu huruf dari al-qur’an maka ia mendapat pahala untuk tiap huruf hasanat,dan tiap hasanat itu berlipat ganda sepuluh kali,saya tidak berkata alif lam mim itu satu huruf tetapi alif satu huruf lam satu hurufdan mim satu huruf.(HR.Al-hakim)”[5]  


Al-Qur’an sebagai firman Allah
            Dengan menimbangkan nama-nama Al-qur’an  maka akan terungkap kesamaan-kesamaan-kesaman yang pada akhirnya ulama menyebut sebagai hakikat al-Qur’an,yaitu g disampaikan kmepada nabi Muhammad saw.Isinya penuh dengan ilmu yang jauh dari tipuan dan keaguan,kecurangan dan pertentangan.
            Ia juga merupakan penjelmaan,keseimbangan pemikiran dan karunia sehingga manusia yang mengimaninya dan yang mebacanya sekaligus yang mengamalaknnya maka akan selalu terjauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak disuka Allah dan akan terus mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbauatan yang bermanfaat,yaitu berupa Amal shalih yang bermanfaat bagi dirinya dan manusia lainnya.[6]
            Diakatakan Al-qur’an sebagi wahyu Allah karena ia juga merupakan ilham(Pemberi Tahuan Allah kepada hambanya yang dipilihnya).Karena seperti dijelaskan dalam Ayat-ayat Al-qur’an bahwasanya wahyu Allah itu bukan hanya kepada manusia tetapi kepada makhluknya yang lain juga seperti :
1.Ilham kepada manusia (lihat di surat Al-Qashash ayat 7)
2.Ilham kepada hewan/merupakan insting (Lihat di surat An-Nahl ayat 68)
3.Isyarat yang cepat (lihat di surat Maryam ayat 11)
4.Godaan bisikan Syaitan (Lihat di surat Al-An’am ayat 112)
            Sebagai wahyu,Al-Qur’an bukanlah pikiran dan ciptaan nabi Muhammad Saw.Oleh karena itu Orang-orang yang mengatakan Al-Qur’an itu pikiran dan ciptaan nabi Muhammad Saw,tidak benar dan tidak dapat dipertanggung jawab bagi orang yang menggugat dan orang yang memfitnah Nabi tersebut.[7]

Perdebatan sekitar otentisitas Al-Qur’an sebagai firmantangan  Allah telah terjadi ketika Al-qur’an diturunkan.Oleh karena itu Allah menantang kepada penantang Al-qur’an untuk membuat satu surat yang semisal Al-Qur’an namun mereka tidak bisa membuatnya.Sebagaimana Firmannya Dalam (QS.Al-Baqarah ayat 23)
Tantangan tersebut disertai pula dengan ancaman beuapa kepastian bahwa manusia tidak akan mampu menciptakan Al-Qur’an Sebagaimana firmannya :
“Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya,peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir”(QS.al-Baqarah 24)
            Setelah perdebatan itu terjadi,terdapat pula orang yang meragukan otentisitas Al-Qur’an karena dianggap telah di intervensi oleh manusia,terutama umat islam generasi pertama yang kita kenal sebagai sahabat Nabi Muhammad Saw.Allah menjamin bahwa Al-qur’an dipelihara dengan sebaik-baiknya,ia berfirman:
            “Sesungguhnya kami-Lah yang menurunkan Al-Qur’an dan Sesungguhny kami benar-benar Memeliharanya.(QS.Al-Hijr 9)
            Demikianlah kedudukan Al-Qur’an sebagai firman Allah.Berdasarkan Subtansinya Al-Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad Saw,dan ia akan dipelihara oleh Allah Karena Ialah yang menciptakan Al-Qur’an tersebut.[8]








ULUMUL QUR’AN dan TAFSIR
Ditinjau dari sejarah proses turunnya al-Qur’an tidaklah sekaligus melainkan berangsur-angsur ataupun melalui tahapan yang sedikit demi sedikit dan ayat demi ayat melalui latar belakang yang berbeda.Hukmah pewahyuan semacam ini adalah untuk memberikan pemahaman bahwa setiap ayat al-Qur’an tidak hampa sosial.Pewahyuannya sangat bergantung pada lingkup dan persoalan  kemasyarakatan dan juga merupakan jawaban terhadap persoalan sosial yang terjadi dalam kehidupan masa dulu.
Proses pewahyuannya berlangsung lebih kurang selama 23 tahun yang secara geografis terbagi dua:
1.Pertama ketika Nabi Muhammad Saw berada dikota Mekkah sebelum berhijrah ke Madinah selama 13 (Ayat Makkiyah)
2.Kedua Ketika Nabi Muhammad Saw Berada di kota mMadinah selama 10 tahun (Ayat Madaniyah).Pendapat ini umumnya dipegang oleh para Ulama ‘Ulumul Qur’an.
Selanjutnya mengenai penulisan ayat-ayat Al-Qur’an.Pada masa Nabi Muhammad ayat-ayat Al-Qur’an masih berserakan dalam bentuk tulisan di atas pelapah-pelapah daun kurma,lempengan batu dan kepingan tulang,disamping terpeiharanya dalam hafalan para sahabat,para penghafal waktu itu seperti Abu Bakar,Umar,Utsman,Ali,Sa’ad,Huzaifah,Abu Hurairah,Abdullah Bin Masu’d dan lainnya.Adapun penulisnya waktu ituantara lain Zaid Bin Tsabit,Ubay Bin Ka’ab dan Khalid Bin Walid.[9]
Setelah Nabi wafat Sedangkan Al qur’an masih berada di pelapah-pelaph dan tulang-tulang hewan serta batu dan di samping telah dihafal oleh para sahabat.Dan ketika Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah banyak dari orang yang lemah imannya menjadi murtad dan menolak mengeluarkan zakat begitu juga banyak yang mengaku rasul dan pada saat itu juga terjadi peperang yamamah dan banyak kali yang wafat dari kalangan Hafidz Qur’an yang mana dalam peperangan itu melawan musailamah pengikutnya dan akhirnya dimenangkan oleh kaum yang beriman.[10]


Melihat banyaknya yang wafat dari kalang huffadz al-Qur’an,maka Umar bin Khattab khawatir akan lenyapnya Al-Qur’an dan beliau mendesak kepada Abu Bakar untuk mengumoulkan Al-qur’an menjadi satu mushaf setelah Umar menjelaskan latar belakangnya dan abu bakar berfikir maka dikirimlah surat kepada zaid dan Zaid pun menyetujuinya sehingga dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit dan anggotanya Ubay bin Ka’ab dan lainnya.
Sedangkan Pada masa Utsman Bin Affan yang mana pada saat itu wilayah islam jauh lebih luas dibandingkan pada masa Abu Bakar dan Umar dan Utsman memperdapati perbantahan anatara orang islam di berbnagai daerah islam saat itu bahwa mereka saling mengklaim bahwa bacaannya lebih baik dan fasih dari golongan atau kaum yang lain.kepada Utsman agar secepatnya memperbaiki keadaan tersebut dan mengatasi permasalahan tentang perselisihan bacaan Al-qur’an agar Ummat islam jangan berselisih tentang kitab mereka seperti yang terjadi pada kaun Yahudi dan Nasrani.
Sebagimana Abu Bakar memperkenankan kehendak Umar Bin Khattab maka Utsman pun memperkenankan kehendak Hudzaifah.Kemudian Utsman mengirim surat kepad Hafshah binti umar Istri Rasulullah untuk meminta suhuf yang disimpannya dan mengundang sahabat yang lain seperi Zaid Bin Tsabit,Abdullah bin Zubayyar sebagi penulis wahyu agar mereka menyalin suhuf ini.
Upaya utsman dalam mengumpulkan ayat Al-qur’n bukan disitu saja ia bahkan meminta para kuam muslimin agar bisa mengumpulakn al-Qur’an ini dan singkat ceritanya mushaf qur’an ini di ambil dari bacaan Zaid bin Tsabit karena ia adalah penulis wahyu pada zaman Nabi Muhammad Saw.
Dari Mushaf inilah Kaum muslimin diseluruh pelosok dunia menyalin Al-qur’an,dan dari Uraian diatas dapat difahami pada saat abu bakar adalah pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf agar jangan ada ayat yang hialng,sedangkan pada masa Utsman Bian Affan adalah ia menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam dan dan bacaannya juga sama.[11]


[1] Subhi Shalih.Mahabits fi Ulum Al-Qur’an,Daar Al-Malayin,Bairut,1983,hal 18

[2] H.St.Amanah.Ilmu Al-qur’an dan Tafsir,Cv.Asy-Syifa,Semarang,1991,hal 5-6
[3] Atang Abd.Hakim,Metodologi Studi Islam,Pt Remaja Rosdakarya.Bandung,2010,hal 69
[4] Atang Abd.Hakim,Metodologi Studi Islam,Pt Remaja Rosdakarya.Bandung,2010,hal 69
[5] .Terjemahan Irsyadul ibad tahun cetakan 1977,hal 366-367
[6] Atang Abd.Hakim,Metodologi Studi Islam,Pt Remaja Rosdakarya.Bandung,2010,hal 72

[7] H.St.Amanah.Ilmu Al-qur’an dan Tafsir,Cv.Asy-Syifa,Semarang,1991,hal 26
[8] Atang Abd.Hakim,Metodologi Studi Islam,Pt Remaja Rosdakarya.Bandung,2010,hal 73
[9] Ibid h 76
[10] H.St.Amanah.Ilmu Al-qur’an dan Tafsir,Cv.Asy-Syifa,Semarang,1991,hal 109
[11] Ibid h 114-117













oleh : Jamaluddin Siregar
Mahasiswa fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara,Medan 12 okt 2011